Senin, 26 September 2011

Kali Ini Mata Pelajaran “Tawuran” (mirisnya negeriku)


 Karena anak – anakmu adalah masa depanmu

Dedikasikan untuk bapak-ibu, calon bapak - ibu
Terinspirasi dari masalah kenakalan tawuran pelajar
Sumber “Cara Nabi Mendidik Anak karya ir.Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid”

Akhir – akhir ini mungkin kita bisa sama sama menyaksikan betapa pemandangan miris terjadi di negeri kita. Segerombolan pelajar nampak melakukan aksi kenakalannya dengan mengeroyok seorang wartawan yang berakhir dengan perampasan video sang wartawan. Entah mungkin dari mana awal muasal masalah tersebut yang jelas satu hal yang perlu di garisbawahi adalah masalah remaja sekolah yang menyelesaikan problem dengan kekerasan.
Q jadi inget tentang pengalaman pas sekolah SD dulu. Pas pulang sekolah harus menunggu dengan cemas hanya gara – gara ada berita tawuran antar sekolah. Masalahnya sebenernya sepele, hanya sekedar siswa dari sekolah A merasa di kerjain oleh siswa di sekolah B. Hingga akhirnya sang siswa mengadu ke teman – teman lainnya. Nah, alhasil masalah pribadhi itupun beralih menjadi masalah kelompok. Dan Q yang pas itu kurang tahu masalah pastinya harus ketakutan menjadi sasaran tawuran pelajar ini.
Mas… Mbak…
Mungkin menjadi sebuah berita mengerikan ketika kita sadari di kota – kota besar, ada satu mata pelajaran tambahan bagi para siswa. Bukan hanya mata pelajaran Matematika, PPKn, IPA atau bahkan Olahraga. Namun, jutru mata pelajaran “tawuran”. (Hmm… sangat disayangkan). Lihat saja tuu, pelajar modern sekarang tidak hanya membawa alat tulis dan baju olahraga, bahkan mereka juga membawa bekal tambahan berupa senjata tajam dan helm pengaman. (Lhoh kok bisa???)
Entah dari mana ide kepikiran mereka, yang jelas itu muncul nyata dalam gambaran kehidupan sekeliling kita. Ketika tanpa sadar para pelajar telah menjadi para agen kejahatan berikutnya. Hingga suatu saat akan muncul madrasah penodong dan pencopet masa depan. (sungguh miris) >_<
Namun, semua tak bisa disalahkan begitu saja. Mungkin masih teringat jelas, beberapa bulan sebelumnya, pemerintah yang dipandang sebagai perwakilan rakyat justru melakukan hal yang sama ketika ada pengambilan sidang yang jelas – jelas disaksikan oleh jutaan masyarakat Indonesia. Dengan gagah berani mereka mengumbar keributan dalam sebuah foemena nyata yang dapat disaksikan melalui kotak persegi empat (televisi). Sungguh memang sistem kurikulum kita secara tidak langsung menggambarkan adanya kekerasan dalam setiap pengambilan keputusan.

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At- Tahrim: 6)

Dari sepenggal ayat tersebut, sekilas menggambarkan bahwa pendidikan pada anak memang menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus Islam ini. Hingga akhirnya pada pundak kitalah semua perubahan ini akan di mulai. Akan kita bawa kemana tujuan perjalanan kita, apa menuju perubahan yang lebih baik atau malah sebaliknya.?
Sejenak kita mulai paham, berbagai macam masalah kenakalan remaja memang secara umum menjadi tanggung jawab kita semua, peran orang tua, lingkungan, pemerintah, sekolah, hingga media informasi menjadi sebuah tantangan terbesar dan hambatan kita dalam mewujudkan kehidupan Islami yang lebih baik. Orang tua memiliki kewajiban untuk menanamkan peran ilmu dasar bagi anak-anaknya sejak dini, memilihkan lingkungan pendidikan, dan juga mencontohkan kehidupan yang baik bagi sang anak. Pemerintah juga mempunyai peran untuk memberikan contoh teladan yang baik bagi para penerus bangsa ini. Bahkan media informasi juga mempunyai peran yang sangat vital, karena dari sinilah mulai terajarkan bagaimana cara sikap dan pengetahuan yang di terima oleh sang anak.
Mas… Mbak…
Hingga akhirnya menjadi kewajiban bagi kita pula untuk mulai menyusun bingkai masa depan kita. Merangkainya dalam satu rencana terindah dari sebuah rajutan mimpi kita selama ini.  Bagaimana masa depan kehidupan kita secara langsung ada di pundak kita masing – masing. Satu hal yang mungkin bisa kita persiapkan adalah menyusun bingkai keluarga yang dapat menerapkan kecintaan dan kebijaksanaan. Sistem keluarga Islami yang dapat tumbuh kembang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.  Hingga akhirnya keluarga kita akan menjadi jalan menggapai ridho – Nya. Pada akhirnya menjadi kewajiban calon suami untuk memilihkan ibu yang baik buat anak – anak mereka. Dan untuk calon isteri untuk memilihkan ayah yang baik buat anak – anak mereka.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw kepada Sayidina Umar ra,
“Maukah kuberitahukan kepadamu harta apa yang selayaknya disimpan oleh seorang lelaki? Ialah wanita shalihah! Jika dipandang oleh suaminya tampak menyenangkan, bila diperintah selalu taat, dan jika ditinggal pergi selalu menjaga amanat suaminya,” (H.R. Abu Dawud, dari Ibnu Abas)

0 komentar:

Posting Komentar