Karena anak – anakmu
adalah masa depanmu
Dedikasikan untuk bapak-ibu, calon bapak - ibu
Terinspirasi dari masalah kenakalan tawuran pelajar
Sumber “Cara Nabi Mendidik Anak karya ir.Muhammad Ibnu Abdul
Hafidh Suwaid”
Akhir – akhir ini mungkin kita bisa sama sama menyaksikan
betapa pemandangan miris terjadi di negeri kita. Segerombolan pelajar nampak
melakukan aksi kenakalannya dengan mengeroyok seorang wartawan yang berakhir
dengan perampasan video sang wartawan. Entah mungkin dari mana awal muasal
masalah tersebut yang jelas satu hal yang perlu di garisbawahi adalah masalah
remaja sekolah yang menyelesaikan problem dengan kekerasan.
Q jadi inget tentang pengalaman pas sekolah SD dulu. Pas
pulang sekolah harus menunggu dengan cemas hanya gara – gara ada berita tawuran
antar sekolah. Masalahnya sebenernya sepele, hanya sekedar siswa dari sekolah A
merasa di kerjain oleh siswa di sekolah B. Hingga akhirnya sang siswa mengadu
ke teman – teman lainnya. Nah, alhasil masalah pribadhi itupun beralih menjadi
masalah kelompok. Dan Q yang pas itu kurang tahu masalah pastinya harus
ketakutan menjadi sasaran tawuran pelajar ini.
Mas… Mbak…
Mungkin menjadi sebuah berita mengerikan ketika kita sadari
di kota – kota besar, ada satu mata pelajaran tambahan bagi para siswa. Bukan
hanya mata pelajaran Matematika, PPKn, IPA atau bahkan Olahraga. Namun, jutru
mata pelajaran “tawuran”. (Hmm… sangat disayangkan). Lihat saja tuu, pelajar
modern sekarang tidak hanya membawa alat tulis dan baju olahraga, bahkan mereka
juga membawa bekal tambahan berupa senjata tajam dan helm pengaman. (Lhoh kok
bisa???)
Entah dari mana ide kepikiran mereka, yang jelas itu muncul
nyata dalam gambaran kehidupan sekeliling kita. Ketika tanpa sadar para pelajar
telah menjadi para agen kejahatan berikutnya. Hingga suatu saat akan muncul
madrasah penodong dan pencopet masa depan. (sungguh miris) >_<
Namun, semua tak bisa disalahkan begitu saja. Mungkin masih
teringat jelas, beberapa bulan sebelumnya, pemerintah yang dipandang sebagai
perwakilan rakyat justru melakukan hal yang sama ketika ada pengambilan sidang
yang jelas – jelas disaksikan oleh jutaan masyarakat Indonesia. Dengan gagah
berani mereka mengumbar keributan dalam sebuah foemena nyata yang dapat
disaksikan melalui kotak persegi empat (televisi). Sungguh memang sistem
kurikulum kita secara tidak langsung menggambarkan adanya kekerasan dalam
setiap pengambilan keputusan.
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (At- Tahrim: 6)
Dari sepenggal ayat tersebut, sekilas menggambarkan bahwa pendidikan pada
anak memang menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus Islam ini. Hingga
akhirnya pada pundak kitalah semua perubahan ini akan di mulai. Akan kita bawa
kemana tujuan perjalanan kita, apa menuju perubahan yang lebih baik atau malah
sebaliknya.?
Sejenak kita mulai paham, berbagai macam masalah kenakalan remaja memang
secara umum menjadi tanggung jawab kita semua, peran orang tua, lingkungan,
pemerintah, sekolah, hingga media informasi menjadi sebuah tantangan terbesar
dan hambatan kita dalam mewujudkan kehidupan Islami yang lebih baik. Orang tua
memiliki kewajiban untuk menanamkan peran ilmu dasar bagi anak-anaknya sejak
dini, memilihkan lingkungan pendidikan, dan juga mencontohkan kehidupan yang
baik bagi sang anak. Pemerintah juga mempunyai peran untuk memberikan contoh
teladan yang baik bagi para penerus bangsa ini. Bahkan media informasi juga
mempunyai peran yang sangat vital, karena dari sinilah mulai terajarkan
bagaimana cara sikap dan pengetahuan yang di terima oleh sang anak.
Mas… Mbak…
Hingga akhirnya menjadi kewajiban bagi kita pula untuk mulai menyusun
bingkai masa depan kita. Merangkainya dalam satu rencana terindah dari sebuah
rajutan mimpi kita selama ini. Bagaimana
masa depan kehidupan kita secara langsung ada di pundak kita masing – masing.
Satu hal yang mungkin bisa kita persiapkan adalah menyusun bingkai keluarga
yang dapat menerapkan kecintaan dan kebijaksanaan. Sistem keluarga Islami yang
dapat tumbuh kembang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Hingga akhirnya keluarga kita akan menjadi
jalan menggapai ridho – Nya. Pada
akhirnya menjadi kewajiban calon suami untuk memilihkan ibu yang baik buat anak
– anak mereka. Dan untuk calon isteri untuk memilihkan ayah yang baik buat anak
– anak mereka.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw
kepada Sayidina Umar ra,
“Maukah kuberitahukan kepadamu
harta apa yang selayaknya disimpan oleh seorang lelaki? Ialah wanita shalihah!
Jika dipandang oleh suaminya tampak menyenangkan, bila diperintah selalu taat,
dan jika ditinggal pergi selalu menjaga amanat suaminya,” (H.R. Abu Dawud, dari
Ibnu Abas)
0 komentar:
Posting Komentar