Minggu, 19 Februari 2012

Surat Cinta Untukmu Sahabat



Assalamu ‘alakum sahabat…
Semoga saat engkau membaca surat ini, engkau dalam keadaan tersenyum. Kerana Allah telah menghadirkan kembali rasa sayang serta KasihNya padamu. rasa yang sama saat kita bersama dulu, menjalani hari – hari penuh lelah, merangkai senyum dalam keletihan. Namun, kita menghimpunnya dalam suasana penuh cinta.

Sahabatku.
Sekali lagi aku menyapamu, untuk sebuah rasa rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Dari tempat aku menulis sepucuk surat ini, aku selalu berdoa dalam segenap hatiku, agar engkau di sana tetap teguh dalam keimanan, dan Allah tak pernah hentinya mencurahkan RahmatNya padamu.

Sahabat…
Pernahkah kau berpikir mengapa Allah mempertemukan kita? Adakah semua kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung butiran cinta bila merenungi semua ini. Semalam di sepertiga malamku, ku curahkan segenap rinduku pada Sang Pemberi Cinta, kerana aku tahu padaNya lah bermula rasa rinduku padamu. dan tak lupa sebait doa ku lantunkan di sepertiga malam ku itu, agar kau selalu dalam naunganNya.

Sahabat….
Terakhir kali kala kita akan berpisah, sebenarnya aku benar – benar tak kuasa melepasmu, kenangan - kenangan manis yang telah lama kita jalin, rasanya terlalu erat untuk diuraikan. Tapi senyummu ketika itu, mengisyaratkan agar aku tetap tabah. Hingga kini bila jiwaku terasa sunyi wajah ceriamu selalu hadir. Seolah engkau benar – benar ada di sampingku. Menghiburku dengan cerita – cerita indah dari syurga, cerita tentang orang – orang yang selalu dikasihi Allah kerana saling mencintai keranaNya.

Sahabat…
Suatu kali saat cahaya senja menaungiku di bibir pantai, aku termenung sambil menatap riak – riak air laut yang tenang. membiarkan angin dengan lembutnya menerpa wajahku. Mengusikku, yang kala itu sedang terkenang akan dirimu. Dan butiran beningpun kembali mengalir, sesekali riak – riak air laut menggodaku, menyentuh kakiku yang tak beralas.

Sahabatku, yang jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan
Bila bisa memilih, aku ingin selalu setia bersamamu, mendengarkan cerita – cerita indahmu, atau menghiburmu kala kau sedang berduka. Tapi, aku mengerti bahwa sang Khaliq telah menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga Tak ku risaukan lagi apapun takdir Tuhan tentang kita nantinya, bisa mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bersyukur kerana Allah telah menghadirkan dirimu pada sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong kenangan indah bersamamu, mampu mencerahkan setiap langkahku.

Sahabat….
Sepucuk Surat yang engkau genggam ini, ku tulis dengan hati yang bergetar. Setiap untaian katanya adalah kuntum – kuntum rinduku padamu. aku menulisnya dengan perasaan yang sama saat kita meguncapkan janji – janji suci, bahwa kita akan bertemu kembali di tempat terindahNya, syurga firdaus. Kini, saat kita tak bersama lagi. Hanya janji suci itulah yang menguatkan aku, mengiringi langkahku dalam merangkai cita –cita.

Sahabatku,
Semenjak kita berpisah, aku telah mengenal banyak orang, bertemu bermacam rupa manusia. Namun, tak kutemukan satupun perasaan yang sama saat bersamamu. Ada kehangatan jiwa yang ku rasakan, saat kita menertawakan kebodohan
 kita sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana cara agar kita tetap tersenyum, meski takdir terasa pahit.

Sahabatku…
Ku harap engkau selalu dalam kebaikan, jagalah selalu shalatmu, tilawahmu, serta lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hambaNya yang sempurna dalam keimanan. Sahabatku, ku harap pula agar engkau selalu menjaga akhlakmu di manapun engkau berada, serta kepada siapapun, kepada orang yang muda ataupun tua, bahkan kepada orang – orang yang membencimu sekalipun.
Begitu juga diriku, ku mohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar kita bisa menjadi pribadi yang menawan kerana akhlak dan ilmu.

Sahabatku..
Seterjal apapun perjalan yang kau tempuh, sepahit apapun kisah yang kau rasa. Ku mohon padamu, janganlah pernah berpaling dari cahayaNya. Yakinlah, bahwa engkau tak pernah sendiri, Allah dengan segala kemurahanNya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat padaNya.

Sahabatku yang hatinya selalu terpancar cahaya Illahi, selalu ada ruang dihatiku untukmu, kerana kau telah terlebih dahulu membesarkan hatiku. Dan aku berharap semoga kita bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeza, namun masih ada cinta di sana.

Sahabatku, yang kerana Allah aku merindukanmu.
Inilah sepucuk surat yang ku tulis untukmu, ku tulis dengan hati yang ikhlas, dengan jiwa yang basah. Semoga setelah engkau membacanya, semakin terjalinlah rasa persahabatan kita. Dan semakin semangat pula ikhtiar kita menuju jalanNya. Semoga Allah menghimpun kita di taman – taman surganya, seperti janji suci yang telah kita ikrarkan.

Wassalam

source from:  

Sebiru Hari Ini



Album : Sepotong Episode
Munsyid : Edcoustic
http://liriknasyid.com






Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah


reff:
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini


Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

intro

reff 2x

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Sang Senja pun Seakan Ingin Berkisah


Sang Maha Cinta…



Terinspirasi oleh :  sang mentari senja di depan pandangan
Dedicated : Mahasiswa semester akhir yang tergalaukan
Karawang, 19 januari 2012

Aku berhenti di ujung perjalananku…
Sejenak tuk menyaksikan keindahan surya yang menyapa…
Dari atas jembatan yang terurai aliran air membelahnya…
Ku rasakan ada sang mentari yang malu – malu menyurutkan pandang…

Sore itu…
Sang mentari terbenam dari pantauan…
Sejenak mengingatkanku…
Akan kuasa dan anugerah yang telah Allah berikan…
Dari beragam hikmah dan cara yang Dia sampaikan…

Senja itu…
Sang mentari tampak malu – malu menyapa…
Sesaat menjagaku…
Akan hikmah Sang Maha Cinta…
Bahwa hidup di dunia adalah sebuah perjalanan terbatasi waktu…

Hari ini…
Aku beranjak lebih dewasa…
Umur dan usia semakin bertambah…
Menyajikan diriku dengan beragam cerita dan rasa…
Tawa, air mata, canda, duka dan bahagia…
Telah ku lalui selama ini…

Hari ini…
Sisa usiaku semakin berkurang…
Dengan banyak waktu yang kadang terbuang percuma…
Membuatku terlalu asyik dengan kehidupan dunia…
Hingga tak terasa perjalanan waktuku telah berlalu sejauh ini…

Ya Allah Ya Rabbi…
Terima kasih untuk pelajaran di senja ini..
Yang mengingatkanku akan anugerah – Mu…
Ya Allah Ya Ilahi…
Terima kasih untuk rahmat dalam kehidupanku…
Yang telah banyak memberiku kesempatan tuk berjuang…
Kini Kau kembali menyadarkanku…
Akan sang mentari senja yang sungguh mempesona hati…
Dengan begitu indah menyejukkan hati…
Seakan ingin bercerita…
Akan akhir penantian yang begitu mempesona…
Setelah perjuangan panjang yang melelahkan…

Kini Kau kembali mengingatkanku…
Akan sang senja yang begitu termuliakan…
Dengan begitu syahdunya membahagiakan…
Seakan ingin membagikan cerita tersimpan…
Tentang akhir kehidupan…
Pejuangan dan SMANGADZ tuk sebuah senyuman…
Alhamdulillah…
Rasa syukur atas nikmat yang telah Kau berikan…
Cinta dari-Mu…
Dan cinta yang Kau berikan melalui orang – orang disekelilingku…
Terima kasih Ya Allah…

Alahamdulillah…

NB: Bagaikan sebuah perang... perjuanganmu paling berharga adalah saat akhir perang... karena itulah yang menentukan, apakah dirimu akan menang, atau justru akan terbuang karena kekalahanmu...Teruntuk mahasiswa tingkat akhir yang kebingungan dan tergalaukan karena skripsi dan tugas akhir. Santaiah sejenak.. Ingat perjuanganmu.. Sejauh ini langkahmu menerjang... dan kan menjadi pilihanmu... tuk terus maju atau tersingkirkan...SMANGADZ hadapi perjuangan sampai akhir... 

Minggu, 12 Februari 2012

KASIH SAYANG ALLAH S.W.T


Seorang lelaki dikenal sangat giat beribadah. Sayangnya ia selalu membuat orang menjadi putus asa terhadap kasih sayang Allah. Hal itu dilakukan sampai ia menemukan ajalnya.
Dalam riwayat itu dikatakan, setelah lelaki itu mati lalu menuntut kepada Tuhan dari kekhusyukan ibadahnya selama di dunia, "Tuhanku, apakah kebahagiaanku di sisi-Mu?"
"Neraka," jawab Allah.
"Tuhan, lalu di mana balasan dari kerajinan ibadahku?" tanya lelaki itu kehairanan.
"Bagaimana boleh. Di dunia engkau selalu membuat orang berputus asa terhadap kasih-sayang-Ku, maka hari ini Aku juga membuat engkau putus asa terhadap kasih sayang-Ku," jawab Allah.

Di dalam besi tua ini ku temukan cerita


Karena setiap kehidupan tak kan pernah lepas dari hikmah cerita – Nya…



Terinspirasi oleh :  perjalanan di dalam gerbong kereta api
Karawang, 10 Februari 2012

Bukan…
Itu bukan sekedar cerita tentang besi berusia puluhan tahun...
Bukan…
Itu bukan pula cerita tentang karat tua yang menempelnya…
Bukan…
Itu tak bercerita tentang sosoknya yang berisik dan menggaggu keheningan…

Namun…
Ini tentang cerita di dalamnya…
Bahwa di dalamnya lah ku temukan ceritanya…
Karena aku telah mersakannya…
Ini bukan sekedar cerita biasa..
tapi banyak hikmah yang ku temukan di dalamnya…

Ada cerita tentang kerinduan seseorang dengan yang ia kunjungi…
Hingga perjalanan ini pun menjadi sebuah penantian panjang…
Untuk menunggu saatnya tiba…
Bertemu dengan keluarga, sahabat, atau teman yang ia cinta…

Bukan hanya itu…
Ada cerita tentang penjual minuman dan makanan…
yang rela menjanjakan jualan hingga malam hari tiba…
Seakan perjuangan mereka tiada henti setiap harinya…
Hanya tuk sekedar mencari sesuap nasi kebutuhan keluarga…

Para peminta – minta…
Menggendong anak dengan muka memelas…
Para pengamen anak yang membagikan amplop putihnya…
Hingga ada yang dengan sedikit memaksa…

Ataupun san penyapu tiap gerbong yang menenteng sapu kecilnya…
Menjalani tiap gerbong supaya bersih…
Rela berguling – guling di tengah kerumunan…
Hanya tuk mencari sedekah sedapatnya…

Ada pula sang penjaja mainan, tas, parfum hingga kacamata…
Seakan di dalam kereta bukan hanya sekedar sebuah perjalanan semata…
Tapi ada pula cerita tentang tawa, air mata, sedih, senang…
Kerinduan, kegelisahan, dan ketakwaan…

Begitu pula dengan asyiknya pemandangan yang di jumpa…
Mulai dari pematang sawah yang menghijau…
naik turun bukit yang melintang…
Hingga kekumuhan ibukota yang disapa…
Seakan mengisahkan cerita tentang dunia…
Ada orang kaya dan juga orang kurang kaya…

Inilah cerita yang ku temukan…
Karena bukan sekedar cerita tentang besi tua belaka…
Ada cerita menakajubkan di dalamnya…
Seakan ingin berkisah…
Kalo ada seribu makna di dalamnya…
Tentang orang – orang yang hidup karenanya…