Rabu, 31 Agustus 2011

La Tahzan



Sebagai salah satu buku kategori pencerahan hati (an-nafsu al-muthma`innah), Lâ Tahzan menawarkan terapi yang lebih dekat dengan al-Qur`an dan Sunah, ketimbang renungan-renungan reflektif semata. Lâ Tahzan menjadi buku terlaris di Timur Tengah karena sejak cetakan pertamanya (th 2001), buku ini telah terjual lebih dari 1 juta eksemplar.

Buku ini telah melambungkan nama penulisnya, DR. ‘Aidh al-Qarni, seorang doktor dalam bidang hadis yang hafiz Qur`an, ribuan hadis, dan juga ribuan bait syair Arab kuno hingga modern. Dalam usianya yang masih sangat muda, ia telah menjadi penulis paling produktif di Saudi Arabia saat ini.

Di Indonesia, buku ini mendapat sambutan luar biasa dan telah terjual puluhan ribu eksemplar.

Saat ini anda bisa dapatkan dengan sangat MUDAH secara ONLINE

Senin, 29 Agustus 2011

Ndak Perlu “like” Catatan ini… Sing Penting Allah Ridho…


Karena Ilmu yang paling susah adalah Ilmu Ikhlas..

Inspired by : aa.gymnastiar @ Masjid Istiqlal, Jakarta
29th Ramadhan 1432 H

Hidup memang bukanlah sebuah perjalanan yang mudah untuk dilalui…
Kadang cobaan dan masalahnya yang pelik membuat kita tak kuasa tuk bertahan…
Hingga seringkali kita lelah untuk sekedar belajar rasa SYUKUR…
Tapi di sinilah kita mulai mengenal arti KEIKHLASAN…

“Sing penting Allah ridho” (Yang penting Allah Ridha)

Mungkin sepenggal kalimat itu seringkali kita dengar ketika kita mengikuti kajian dan tausyiah dari ustad aa.gym. Sebuah kalimat sederhana yang seringkali terucap dari mulut beliau ketika kita mendengarkan baik melalui radio, televisi maupun secara langsung.
Namun, sepenggal kalimat sederhana itu nampaknya akan mempunyai makna yang lebih dari sekedar sebuah kalimat. Jika kita mau merengungkannya akan nampak begitu besar arti kesyukuran dan keikhlasan yang beliao ajarkan melalui kalimat ini.

Mas… Mbak…
Saksikan betapa besarnya karunia dan nikmat Allah yang telah Dia berikan kepada kita. Meskipun kadang terlalu banyak melekatnya kenikmatan itu. Sehingga terkadang kita lupa hanya tuk sekedar berucap syukur. Syukur dalam hati, lisan, dan perbuatan.
Bayangkan saja jika rambut dan kuku kita terasa sakit ketika di gunting. Mungkin akan banyak orang pensiun menjadi tukang cukur rambut. Karena bisa jadi terjadi pembatian tragis di tempat penjajaannya. Hingga akhirnya Allah menjadikan kuku dan rambut ini tak terasa sakit ketika kita menggunting dan merapikannya. (Sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa)
Bayangkan saja jika mata ini tercipta tidak dalam satu arah di depan muka kita. Yang satu menghadap sisi kanan dan yang satu menghadap sisi kiri. Mungkin kita akan terasa bingung untuk menatap kea rah tertentu karena bisa jadi mata kita tidak akan kompak melihat dari satu sisi ke sisi lainnya. Subhanaallah… Sungguh sebuah karunia yang luar biasa megahnya…
Namun, terkadang hal – hal kecil seperti itu terkadang membuat kita mudah menyepelekan sedemikan itu. Hingga justru malah membuat diri kita seakan tak menghiraukan sebuah karunia dan kenikmatan luar biasa itu.
Bayangkan saja jika kita terlahir di dunia ini dalam keadaan tak bisa melihat. Mungkin hanya kegelapan yang kita terima. Tak bisa melihat dan menyaksikan keindahan dunia dan isinya. Sebuah karunia terindah bahwa sejauh ini kita masih bisa melihat dan bahkan hingga membaca ataupun menulis note ini.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar Rahman: 77)

Mas… Mbak…
Dan sejauh ini langkah nafas kita teruraikan, terkadang keangkuhan dan hati kita sulit untuk menghadirkan keikhlasan dalam diri kita. Hingga terkadang kita lupa bahwa kenikmatan yang kita terima adalah sebuah karunia Allah yang luar biasa.
Terkadang justru kebaikan dan prestasi yang kita lakukan justu kadan membuat diri kita takabur dan riya’ dengan diri kita sendiri. Sebuah prestasi yang kadang membuat diri kita lupa bahwa semua prestasi yang kita dapatkan adalah karena Allah.
Seringkali mungkin ketika kita update status FB tausyiah ataupun membikin note, kita mungkin berharap akan banyak user yang meng”like” status kita. Hingga terkadang tumbuh suatu sifat membanggakan pribadhi kita sendiri.
Terkadang kita melakukan kebaikan ke orang lain. Bukan karena kita memang ingin membantu orang tersebut. Namun, karena kita ingin mendapatkan pujian dan banggaan. Hingga timbul rasa senang ketika orang lain memuji diri kita.
Biarlah orang lain menganggap apa tentang diri kita. Asalkan Allah menganggap kita pribadi yang luar biasa. Biarlah orang lain menganggap kita pribadhi yang sederhana. Asalkan Allah mengahdirkan kita dengan jiwa yang tangguh. Dan satu kata “sing penting Allah ridho”

Ya Allah Ya Rabbi…
Ajari aku cara mensyukuri nikmat-Mu…
Mungkin terlalu banyak kenikmatan dan karunia yang Kau berikan lupa tuk hamba syukuri…

Hingga akhirnya satu jawaban kutemukan…
Ajarkan hamba cara Ikhlas di hadapan-Mu…
Jauhkanlah hamba dari sifat riya’ dan sombong…
Aminn…

Bukan Minal Aidin Wal Faidzin

Assalamu’alaikum wr wb

Semoga bermanfaat! sebuah artikel yang insya Allah meluruskan kekeliruan tentang kebiasaan berjuta muslim di Indonesia tentang ucapan di hari raya Idul Fitri.

B U K A N Minal Aidin Wal Faidzin;

Oleh Nuruddin Al-Indunisy

Sebelum membahas kata Minal Aidin Wal Faidzin, mari kita perhatikan dalil-dalil terkait yg membahas tentang ucapan ini:

“Ucapan pada hari raya dimana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Ied : Taqabballaahu minna wa minkum “Artinya : Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Majmu Al-Fatawa 24/253]
Jubair bin Nufair:
“Para sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabballallaahu minna wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”.

Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad nya Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata:
“Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa salam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallaahu minnaa wa minka”
(Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
IMAM AHMAD menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus. Beliau menambahkan :
“Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallaahu a’lam.”
[Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi:(1/81) : Isnadnya Hasan]

Nah, sahabat. lalu kenapa Minal Aidin Wal Faidzin?
Dikalangan masyarakat dan media Televisi berjuta-juta muslim di Indonesia sering mendengar kata ini digandengkan dengan kata ‘Mohon ma’af lahir batin’ sehingga kurang lebih begini :

“MINAL AIDIN WAL FAIDZIN - MOHON MA’AF LAHIR DAN BATIN”,
Seakan-akan (mungkin yang mengucapkan) menganggap bahwa Minal Aidin Wal Faidzin ini berarti Mohon Ma’af Lahir dan Batin.. Benarkah begitu? Coba perhatikan dan analisa sendiri jika dua frase itu diartikan secara menyeluruh dalam bahasa Indonesia yang benar:

“TERMASUK DARI ORANG ORANG YANG KEMBALI SEBAGAI ORANG YANG MENANG-Mohon ma’af lahir dan Batin”.
Sepertinya rada ngawur (maaf), karena jika demikian artinya tidak jelas. Do’a bukan (karena tidak lengkap).. dan salam juga bukan :) karena lucu saat kita artikan dari bahasa aslinya. Adapun menurut hemat saya, ya sah-sah saja selama kita tidak tahu dan itu sebatas ikut-ikutan dan SERTA tidak meniatkan bahwa Mohon ma’af lahir dan batin itu arti dari Minal Aidin Wal Faidzin

Coba lihat penerjemahan makna frase Minal Aidin Wal Faidzin dalam bahasa Arab berikut:
Min, Artinya “termasuk”.
Al-aidin, Artinya “orang-orang yang kembali”
Wa, Artinya “dan”
Al-Faidzin, Artinya “menang”.

Jadi makna “Minal Aidin Wal Faidzin” jika dipaksakan diterjemahkan kedalam kai’dah tatabahasa Arab-Indonesia yang benar adalah “Termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”.

Artinya mengambang bukan?
S O L U S I
Mari perhatikan; dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad SAW) adalah “Taqabbalallahu minna waminkum”, Kemudian menurut riwayat ucapan nabi ini ditambahkan oleh orang-orang dekat jaman Nabi dengan kata-kata “Shiyamana wa Shiyamakum”, yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi
“Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum” (Semoga Allah menerima amalan puasa saya dan kamu).
Dari riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan yang benar adalah dari “Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”. tidak satupun menyatakan ada istilah Minal Aidin wal Faidzin. Atau Tanpa minal Aidin wal faidzin.

Jadi mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rasulullah/Ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, tapi kalau niatnya hanya ingin mendo’akan sesama Saudara seiman”, Insya Allah, tidak salah dan bahkan hal yang baik.
Adapun jika ingin menambahkan bisa saja ditambahkan diakhir kalimat, agar secara harfiyah aja serasi:
“Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum . Ja’alanallaahu Minal Aidin wal Faidzin”

Artinya, “Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.”

Ja’alanallaahu : Berarti “Semoga Allah menjadikan kita”.. sebagai tambahan untuk melengkapi, Minal Aidin wal Faidzin yang mengambang tadi..
Sekedar tambahan, bagaimana jika kita ingin mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” dalam bahasa Arab benar?
Salah satunya adalah “As-alukal afwan zahiran wa bathinan”.
Atau “Kullu aam wa antum bikhair”. yang berarti semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik”,

dan, sekali lagi bukan Minal Aidin wal Faidzin… karena kata ini bukan berarti kalimat permintaan Maaf. Mungkin hanya sebuah do’a yang tidak utuh.

Demikian, Mohon koreksinya !

“Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja’anallaahu minal aidin wal faidzin”
“Semoga Allah menerima amal-amal kita, Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang kembali dari perjuangan Ramadhan sebagai orang yang menang.”

Dan mari kita memohon, kepada Dzat Allah Aza wajala; Semoga kita dianugerahi untuk menikmati Ramadhan Tahun Tahun Berikutnya dengan Rizki dan Kebarokahannya,
Amiin
Semoga bermanfaat
wassalam….^_^

http://agama.kompasiana.com/2010/09/09/b-u-k-a-n-minal-aidin-wal-faidzin/

Selasa, 23 Agustus 2011

«Berapapun Jumlah Uang Anda... Anda Tak Kan Pernah Merasa Kaya»


Temanggung, 22 Ramadhan 1432 H
inspired by : Sang mentari pagi yang bersinar


“Jika Anda menjadi orang kaya… Berapakah jumlah uang yang Anda inginkan??”

Sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. Namun, tak begitu mudah untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan singkat itu. Ada beberapa alasan untuk menjabarkan sebuah pertanyaan singkat itu.  Setidaknya karena ada satu jawaban yang mungkin terus membayang – bayangi jawaban lainnya.

Manusia terlahir dengan beragam kebutuhan hidup yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya usianya. Hingga tidak bisa dipungkiri bahwa satu per satu kebutuhan itu akan semakin bertambah hingga waktu kan menghentikan langkah umurnya. Sehingga secara miris bisa dikatakan “manusia akan selalu memerlukan kebutuhan sampai ia benar -  benar meninggalkan dunia ini”.

Sebegitu pentingnya kebutuhan hidup hingga akhirnya membuat dunia seakan – akan menjadi sebuah hal yang utama. Namun masih perlu kita cerna lagi bahwa, kehidupan kita di dunia tak sebatas sebuah langkah untuk hanya sekedar menggapai kebahagiaan dunia semata, tapi ada kehidupan selanjutnya di akherat nanti.

Namun, dari semua kebutuhan tersebut nampak menimbulkan berbagai macam masalah dan problematika yang begitu pelik di dunia ini. Bayangkan saja, hanya karena sekedar mencari kebutuhan dunia, orang bisa berbuat sesuatu hal di luar nalar kelogisan.

Lihatlah para wakil rakyat yang tak kenal agama itu dengan semena – mena memendam uang rakyat di balik kantong pribadinya hanya utuk sekedar memperkaya diri. Pikirkan seorang miskin yang terpaksa harus memaksa sekantong ubi jalar tetangga hanya untuk sekedar memenuhi kekenyangan keluarganya. Ataupun bahkan sampai seorang anak jalanan yang harus memutuskan mimpinya karena terbatasi angan oleh kemampuan finansialnya. Sebuah kenyataan yang begitu erat menyelingkupi kehidupan kita sehari – hari.

“Sesungguhnya kebahagiaan itu tidak nampak dari kekayaan, kekuasaan, ataupun tahta… tapi semata karena rasa syukur kita atas nikmat yang Allah berikan… (aam-2011)

Mas… Mbak…

Kehidupan di dunia ini bagaikan sebuah langkah bercocok tanam. Panen yang kita tunggu akan kita petik hasilnya esok nanti di yaumul hisab. Perhitungan amalan kita di dunia untuk melihat apakah kita akan diberatkan di timbangan kebaikan ataukah keburukan.

Dunia yang hanyalah sebuah perjalanan sementara inipun kadang justru membuat diri kita lupa jika masih ada kehidupan laen selanjutnya. Sebuah kenyataan yang justru berkebalikan dengan logika kehidupan kita. Meskipun beraneka ragam kenikmatan yang kita rasakan di dunia ini kita peroleh, namun jika kita lupa akan Sang Pemberi Nikmat Kehidupan ini, maka alangkah nihilnya apa yang kita rasakan.

Mungkin manusia terlalu angkuh untuk mengakui bahwa apa yang kita rasakan sejauh ini adalah sebuah kenikmatan luar biasa dari Sang Maha Cinta. Bak sang mentari pagi yang bersinar, jika masih ada kabut tebal menyelimuti, maka cahaya mentari tak kan mampu bersinar indah menerangi bumi. Begitupun kehidupan, Betapa besar karunia yang Allah berikan. Jika masih ada rasa angkuh, maka manusia akan cenderung lupa untuk mengakui nikmat dari-Nya.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(QS.ibrahim [14]:)

So, bukan sebuah hal yang susah ketika kita mau menyadari bahwa kehidupan, kenikmatan, nafas yang kita lalui demi hari adalah anugerah dan nikmat dari Allah, mengucapkan syukur Alhamdulillah dan memanfaatkan kenikmatan ini untuk kembali di jalan cinta-Nya. (syukur di hati, lisan, dan perbuatan)

Sabtu, 20 Agustus 2011

Catatan terGALAU yang Pernah Saya Buat…


dedicated to someone who need spirits
Temanggung, 20 Agustus 2011/20th Ramadhan 1432 H

Sahabatku…
Ku tahu setiap manusia memiliki ceritanya masing – masing…
Kadang tangis dan tawa laksana dua dunia yang begitu erat mengekang…
Hingga terkadang hidup membuat kita menjadi bimbang…
Tapi ingatlah jika kita tak pernah sendiri…
Karena Allah selalu dekat di hati…

Sahabatku…
Beratnya masalah kadang membuat diri kita merasa jenuh…
Tak habis pikir dengan kenyataan yang kita alami…
Hingga terkadang kita merasa rapuh dan tak kuasa tuk bertahan…
Tapi ingatlah jika kita tak pernah sendiri…
Karena Allah selalu menemani…

Kala kegundahan hati menjalar di sekojur pikiran…
Ku rasakan Allah sedang mengajakku untuk tetap tegar…
Dengan ribuan masalah dan tantangan yang ku alami…
Kala senyum tersimpul karena kegembiraan di hati…
Ku rasakan Allah sedang mengingatkanku untuk tetap bersyukur…
Dengan jutaan karunia dan nikmat yang ku dapati…

Sahabatku…
Hati kadang merasa kurang bersyukur menerima masalah…
Namun disitulah Allah mengajarkan kita akan arti keikhlasan…
Dengan kedekatan tantangan dan nikmat yang menyertai kita…
Akan berjuta hikmah yang ku alami dari tiap – tiap peristiwa…

Kala berbagai macam masalah mendera pikiran…
Hingga yang kurasakan jiwa seakan mulai terpojokkan…
Yang kurasakan Allah sedang menunjukkan cinta – Nya…
Berbagi asa semangat melalui bermacam hikmah dan inspirasi…
Seakan kita adalah manusia yang Allah pilih…
Untuk siap menerima cobaan dan tantangan – Nya…
Karena yang kutahu…
Dia tak kan pernah salah memilihkan jalan takdir untuk kita…

Ya Allah Ya Rabbi…
Apalah arti hamba tanpa kuasa dan ridho – Mu…
Hanyalah sekedar asa tanpa sebuah jalan…
Hanyalah sekedar benang tanpa jarum…

Ya Allah Ya Rabbi…
Bimbinglah hamba tuk selalu di jalan cinta – Mu…
Dekaplah hamba tuk selalu di jalan takwa – Mu…

Tetap SMANGADZ sahabatku…
Kita tak kan pernah tau apa yang kan terjadi hari ini, esok ataupun lusa…
Namun, setidaknya Allah masih memberikan kita kekuatan tuk berusaha…
Tawakal dan ikhtiar di jalan cinta – Nya…
Dan yang kuyakini…
Allah Maha Bijaksana…
Dia kan memberikan balasan setiap niat dan ikhtiar baik yang kita lakukan…

SMANGADZz ^_^

Rabu, 17 Agustus 2011

Arsitek Cinta (Way of Love)


Karena Cinta tak semata hanya sebuah kata belaka

Terinspirasi oleh : Bangunan Masjid Istiqlal n Masjid Agung Semarang
Yogyakarta, 10 Agustus 2011

Cinta…
Satu kata yang mengandung berjuta makna…
Cinta…
Satu kata yang menyimpan berjuta pesona…

Cinta…
Jika kau mau tahu tentang keikhlasannya…
Tanyakan saja pada sang Ibu yang merawat buah hatinya…
Cinta kan meyelimuti mereka berdua…
Hingga sang anak pun tumbuh dewasa…
Cinta yang ikhlas…
Bagaikan lautan yang mencintai airnya…
Tak kan pernah kering melepas kesegarannya…

Cinta…
Jika kau mau tahu tentang kekuatannya…
Tanyakan saja pada sang musafir yang menemaukan mata air…
Cinta kan mengantarkan seamngat perjuangannya…
Hingga sang musafir pun kan kembali teguh berjuang…
Cinta yang suci…
Bagaikan langit yang mencintai bintang – gemintang…
Tak kan pernah melepaskan kerlap –kerlip cahayanya…

Sekali lagi ingin kukatakan…
Cinta tak sekedar milik para kekasih semata…
Yang biasanya hanya mengobral rayuan semata…
Hingga setan pun menjerat nadi mereka berdua…

Namun, cinta penuh dengan kesucian…
Cinta tak semata milik para penjual kata…
Yang biasanya hanya mendawaikan sajak semata…
Kaena tak semua cinta bias diungkapakan dengan kata…

Hingga akhirnya…
Kutemukan satu pena cinta…
Yang kan mampu menggoreskan pelangi di derasnya air hujan…
Hingga keletihan itu pun tersimpul satu senyuman…

Hingga akhirnya…
Kutemukan satu pena cinta…
Yang kan mampu menggoreskan mentari di indahnya pagi…
Hingga kehampaan itu pun berbuah satu kehangatan…

Mari kita bangun cinta dalam sebuah bangunan takwa…
Layaknya keindahan masjid – masjid yang menyapa…
Dengan suara merdu pemanggil ibadah…
Kan mengajak kita tuk menapaki jalan cinta-Nya…

Mari kita bangun cinta dalam sebuah bangunan iman…
Layaknya keindahan alam yang begitu mempesona…
Dengan mentari dan kicauan burungnya…
Kan mengingatkan kita tuk kembali melanjutkan jalan takdir-Nya…

Aku tak pandai membuatkan puisi tentang cinta…
Karena yang kutahu…
Tak semua cinta harus terucapkan dengan kata belaka…

Bendera ¾ Tiang


Majulah terus Indonesia… Buktikan prestasimu pada dunia…


Dedikasikan untuk :  Proclamation and 66 th Independent day of Indonesia
Yogyakarta, 17 Agustus 2011

Dulu…
Tujuh puluh tahun yang lalu…
Para pejuang masih tak henti memperjuangkan kemerdekaannya…
Menumpas penjajah dengan senjata seadanya…

Dulu
Enam puluh enam tahun yang lalu…
Sang pendiri bangsa berani dengan lantang…
Memproklamasikan kemerdekaannya…

Kini…
Bangsa ini telah berdiri 66 tahun tepatnya…
Berdiri dalam satu perjuangan tuk menggapai mimpi…

Kini…
Bangsa ini telah bersatu 66 tahun tepatnya…
Memacu semangat dan pantang menyerahnya…

Wahai para pemuda – pemudi Indonesia…
Teruslah bermimpi wujudkan cita – cita kalian…
Buatlah negeri ini bangga dengan prestasi kalian…
Tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia berarti…

Wahai para pemuda – pemudi Indonesia…
Buanglah sikap malas kalian…
Siapkan ego semangat kalian…
Berikan yang terbaik untuk negeri ini…

Wahai para pemuda – pemudi Indonesia…
Sang merah putih telah siap mencapai puncaknya…
Menggapai satu titik tertingginya…
Hanya menunggu semangat juangmu…
Tuk tetap berkobar dalam birunya langit di angkasa…


Ya Allah… Ya Rahman…
Berikan mimpi dan niat baik kita terridhoi…
Untuk mewujudkan bakti kami pada negeri…
Sebagai sebuah syukur akan nikmat dan anugerah-Mu…

Ya Allah… Ya Rahim…
Berikan secerca asa untuk negeri ini kembali berjaya…
Untuk mewujudkan cinta kami pada negeri…
Sebagai sebuah perjuangan dalam jalan cinta-Mu…

Indonesia sedang mencoba meraih titik kemenagannya.. Bak sebuah perjalanan bendera tuk mencapai titik tertingginya... Setidaknya masih ada harapan terpampang di depan tuk semakin menampakkan mimpi dan cita – cita negeri ini…

Jika bukan kita para pemuda – pemudi bangsa yang mengantarkan Indonesia ke mimpinya terus siapa lagi? Setidaknya mimpi itu masih terbuka lebar. Harapan itu masih banyak. Hanya perlu perjuangan dan semangat nasionalisme kita. Tuk mengantarkan sang bendera dari ¾ tiangnya hingga menjadi sang saka yang kan berkibar dengan tangguhnya…


SMANGADZZ KEMERDEKAAN…
MERDEKA!!!

Minggu, 14 Agustus 2011

Si Imut pun Ingin Bebagi Cinta


Terinspirasi oleh : anak – anak Majid Nurul Iman @ Blimbingsari , SEKIP
Didedikasikan untuk : Bapak, Ibu, calon bapak n calon Ibu
Sumber  inspirasi : Cara Nabi Mendidik Anak ; Ir. Muhammad ibnu Abdul Hafidh Suwaid
Yogyakarta , 14 Agustus 2011/ 14 Ramadhan 1432 H


Lihatlah sang kupu – kupu…
Sebelum ia terbang indah dalam satu kealamian warna bunga…
Ia adalah sang ulat yang menggelantung dari satu pohon ke pohon lainnya…
Hingga sayapnya kan merekah indah di tengah warna – warni bunga…

Lihatlah sang mawar yang merekah warnanya itu…
Sebelum ia menghadirkan kesejukan alaminya…
Ia adalah kuncup yang memerlukan mentari dan embun tuk kembali tumbuh segar…
Hingga warnanya kan semakin merekah indah dalam sebuah keagungan kuasa – Nya…

Begitulah Allah menghadirkan sebuah proses kehidupan. Tak pernah dia menghadirkan indahnya bunga dalam satu hal yang ajaib. Tak pernah dia menciptakan bayi burung yang dengan cepat bisa berterbangan. Semua butuh proses dalam satu kesatuan yang begitu indah jika kita syukuri dan nikmati secara naluri.

“Sepulang dari sholat tarawih. Budi belum juga beranjak meninggalkan masjid, Dia justru mulai maju ke depan dekat sang imam sholat tarawih. Dengan bergegas dia mengantri dengan teman – teman sebaya sekaligus mententeng buku kecil bertuliskan ‘Mentoring Kegiatan Siswa di Bulan Ramadhan’.  Sebuah buku yang mengkaji jadwal kegiatan siswa – siswi sekolah selama bulan Ramadhan ini.”
Hmmm, nampaknya bocah berwajah imut itu sedang mengantri untuk mendapatkan tanda tangan dari pak ustad sebagai bukti telah mengikuti kegiatan tarawih di malam itu. Sungguh hal yang menjadi rutinitas tak pernah ditinggalkan dari bulan Ramadhan. Bulan peningkatan kualitas iman dan takwa. Subhanallah…

Lepas dari dua hal tadi, kita bisa mengambil banyak inspirasi dari bocah imut. Sebuah inspirasi yang sangat manis, semanis ketika kita melihat wajahnya yang nampak polos dan lugu. Sebuah hikmah terdalam yang Allah hadirkan dari sebuah titik awal dari manusia.

“Kehidupan adalah sebuah proses panjang tuk meniti rajutan cinta dalam sebuah kain kanvas. Jika kita goresi dia dengan tinta warna – warni, maka akan muncul gradasi warna yang indah. Namun, sebaliknya jika kita kita goresi dengan warna hitam kelam, kan muncul suasana pekat tak berarti.” (aam-2011)

Mas.. Mbak…
Hidup mengajarkan kita tuk berjuang menggapai target dan mimpi yang kita inginkan. Sebuah proses yang kadang membuat kita tak betah tuk menanti sebuah kado terindah itu. Kita terlalu terburu-buru untuk menanti sebuah mimpi kita menjadi nyata. Hingga alhasil, kita sering ceroboh tuk memilih jalan penentuan.

Terkadang kita disudutkan dalam sebuah proses panjang yang melatih kesabaran. Sebuah proses yang menuntut kita untuk menikmati satu persatu cerita yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita. Memang bukan hal yang mudah untuk melatih kesabaran itu. Namun setidaknya satu hal yang kita yakinkan dan tekadkan kuat dalam diri kita. Allah pasti kan memberikan kado terindah dalam setiap niat baik kita. Allah kan membalas setiap niatan baik kita. InsyaAllah semua kan INDAH PADA WAKTUNYA. Bagaikan keindahan sang mawar yang mulau merekah. Ataupun sang burung yang mulai terbang tinggi menggelegar awan.


Mas… Mbak…
Bolah percaya atau tidak jika kita lihat wajah anak kecil akan tercipta satu perasaan damai dan tenang ketika menatap sikap dan tingkah lakunya.

Rasulullah saw, bersabda
“Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani.”

Ataupun tertuang pula dalam firman Allah swt.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S Ar Rum:30)

Secara umum manusia tercipta dalam sebuah kesucian jiwa. Mereka mempunyai hak dan kemampuan yangh sama secara naluriah. Hanya saja lingungannyalah yang akan membentuk pola pikir. Lingkungan keluarga khususnya yang mempunyai peran penting untuk membentuk karakter dan tingkah laku anak. Keluarga dan lingkungan lah yang mempunyai peran menjadikan sepertia apa sang bocah imut di masa depannya. Selepas dari semua itu, manusia hanya bisa berusaha hingga sang penentu akhir adalah Allah SWT.


Mas… Mbak…
Oleh karena itulah, menjadi peran dari diri kita untuk mulai memikirkan akan nasib penerus kita di masa depan. Sebuah harapan dan optimis tinggi tentang masa depan generasi mendatang kita. Pada tangan kitalah semua kan dimulai tuk menggapai generasi islam yang lebih bermartabat dan mempunyai nilai karakter kuat sesuai dengan pondasi dasai islam. InsyaAllah jika Allah meridhoi niat baik kita.

Sebuah syair penutup akan mencoba menghadirkan karya dari Abul ‘Ala yang menyatakan dalam bait – baitnya:

“Para pemuda itu tumbuh menjadi dewasa
Tergantung bagaimana orang tuanya membiasakan mereka
Pemuda tidak dapat ditaklukan oleh akal semata
Melainkan oleh pembiasaan beragama dari orang – orang terdekatnya.”

Jumat, 12 Agustus 2011

MANUSIA BERHADAPAN DENGAN ENAM PERSIMPANGAN


Abu Bakar r.a. berkata, " Sesungguhnya iblis berdiri di depanmu, jiwa di sebelah kananmu, nafsu di sebelah kirimu, dunia di sebelah belakangmu dan semua anggota tubuhmu berada di sekitar tubuhmu. Sedangkan Allah di atasmu. Sementara iblis terkutuk mengajakmu meninggalkan agama, jiwa mengajakmu ke arah maksiat, nafsu mengajakmu memenuhi syahwat, dunia mengajakmu supaya memilihnya dari akhirat dan anggota tubuh menagajakmu melakukan dosa. Dan Tuhan mengajakmu masuk Syurga serta mendapat keampunan-Nya, sebagaimana firmannya yang bermaksud, "....Dan Allah mengajak ke Syurga serta menuju keampunan-Nya..."

Siapa yang memenuhi ajakan iblis, maka hilang agama dari dirinya. Sesiapa yang memenuhi ajakan jiwa, maka hilang darinya nilai nyawanya. Sesiapa yang memenuhi ajakan nafsunya, maka hilanglah akal dari dirinya. Siapa yang memenuhi ajakan dunia, maka hilang akhirat dari dirinya. Dan siapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang syurga dari dirinya.
Dan siapa yang memenuhi ajakan Allah S.W.T., maka hilang dari dirinya semua kejahatan dan ia memperolehi semua kebaikan."

Iblis adalah musuh manusia, sementara manusia adalah sasaran iblis. Oleh itu, manusia hendaklah sentiasa berwaspada sebab iblis sentiasa melihat tepat pada sasarannya.

Dekaplah Cintaku di Jalan Takwa – Mu…


Bimbinglah aku di jalan cinta-Mu… Ridhoi aku di munajat takwa - Mu

by : aa.mawardhi
inspired by kegalauan dan suasana hati yang tak menentu
Yogyakarta, 12th August 2011/ 12 Ramadhan 1432 H


Kala mentari pagi menyapaku di sejuknya embun…
Ku tahu ada cinta dalam hangatnya Karunia – Mu…
Hingga embun pun akan luluh karena pancaran sinarannya…
Sebagai sebuah pertanda cinta dan kebesaran – Mu…

Kala ku lihat langit malam yang penuh bintang…
Ku tahu ada senyum dalam hangat mahligai takdir – Mu…
Hingga sang dewi malam pun akan nampak semakin indah…
Bersujud dan mengagungkan nama – Mu…

Begitulah makna cinta Sang Kuasa…
Begitu hebat dan luar biasa…
Bahkan jika kau jadikan ranting pohon sebagai penanya…
Dan lautan bak tintanya…
Tak kan mampu kita menuliskan kebesaran dan keagungan Sang Pencipta…

Hidup bak perjalanan dalam sebuah putaran roda kehidupan…
Kadang senyumnya yang menghiasi membuat kita mampu tuk tetap tegar…
Namun, sering tangisnya yang menetes membuat kita sejenak merasa rapuh…
Terus menerus bergulir hingga akhir nafas kita…


Ya Allah…
Aku bukanlah hamba – Mu yang sempurna…
Masih banyak salah dan alpa yang kadang tak sengaja kulalui…
Hingga semua berjalan menjadi sebuah ketidakwarasanku…

Namun, aku tahu aku masih punya dirimu…
Yang tak kan pernah membiarkanku sendirian menempuh jalan takdir – Mu…
Hingga setelah kulalui manis pahitnya kehidupan…
Satu hal yang kudapatkan…
Hanya pada – Mu lah hamba berserah diri…
Hanya pada – Mu lah hamba bermunajatkan diri…

Ya Allah…
Kini ku yakini hanya diri – Mu lah Sang Penentu segalanya…
Dekaplah cintaku di jalan takwa – Mu…
Agar tetap kujalani sebagai satu karunia dan ridha di jalan cinta – Mu…

Rabu, 10 Agustus 2011

TUJUH MACAM PAHALA YANG DAPAT DINIKMATINYA SELEPAS MATINYA


Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.

1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.

2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.

3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.

4. Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.

5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.

6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.

7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya

8. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :

1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)

2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.

3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

Maaf… Pak Bu Dosen… Bukan Anda yang Memberi Kami Nilai…


Hanya pada-Nya lah kita berserah diri…

Inspirasi dari ujian pendadaran kelulusan
Yogyakarta, 09 Agustus 2011


Siang itu, raut muka Jonjon nampak pucat pasi. Detak jantungnya bergulir cepat. Sedangakan ubun – ubun kepalanya terasa begitu panas. Seakan ada yang mau keluar dari dalam otaknya. Sementara rasa dingin menyelimuti seluruh pergelangan tangannya bagaikan seorang pendaki gurun es tanpa pengaman baju tebal.

Pukul 13.00 di ruang 231 kampus tua itu akan menjadi saksi perjalanan Jonjon dalam studi kuliahnya selama 3 tahun. Sungguh menjadi hari yang begitu hampa baginya. Pada hari itu akan menentukan hasil akhir dari perjalanan kuliahnya selama ini di uniersitas negeri ternama di kota Yogyakarta. Pada siang panas itu, Jonjon akan menghadapi ujian pendadaran. Sebuah ujian yang sering menjadi tumpuan akhir para mahasiswa “kaka tua” angKAtan – angKAtan TUA.
Pada akhir ujian sidang ini, nasibnya akan ditentukan apakah akan menghuni meja “NASAKOM” (Nasib Satu Koma), “PMDK” (Perkumulan Mahasiwa Dua Koma), ataupun tersenyum lebar sebagai mahasiswa “SMS” (Mahasiswa Status Memuaskan).

Hari pergelutan terakhir ini akan menentukan nasibnya selama ini kuliah di kampus tua ini. Sebagai sebuah langkah awal perhelatan dengan 4 pasang mata penguji. Membuat keringat dingin Jonjon semakin mengalir deras. Rasa gugup dan takut benar – benar menggerayangi pikiran dan hatinya.

Itulah sepenggal kisah yang terjadi pada sidang ujian pendadaran bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan program studi kuliahnya. Sebagai sebuah perjuangan penantian dari sebuah status sebagai seorang “mahasiswa”.
Namun, kali ini haru ku ucapkan Maaf… Pak Bu Dosen… Bukan Anda yang Memberi Saya Nilai…”

Ya. Kita harus berani kuatkan tekad dalam diri kita bahwa bukan merekalah yang memberikan nilai akhir bagi kita. Memang benar mereka yang mempunyai kendali dan hak untuk memberikan kita status sebagai predikat “A/B/C atau bahkan D”. namun sekali lagi mereka hanyalah pelaksana dari semua proses kehidupan ini. Karena hanya Allah lah yang telah mengatur semua proses kehidupan ini. Dia-lah yang memiliki segala kehidupan ini beserta dangan isinya.

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang[462]. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman[463]. (Q.S Al An’ aam:12)
Mas… Mbak…


Jika kita tilik kembali, maka dapat kita renungi bahwa Bapak ibu dosen yang menuliskan nilai pada kita bukanlah semata sebagai individu yang menakdirkan sebuah nilai dalam transkip nilai kita. Mereka hanyalah sebuah penyalur dari kehendak Allah untuk diri kita. Mereka hanyalah sebagai sebuah tempat yang mulai membagikan rezekinya pada kita.

Mungkin Allah ingin menguji kita seberapa besar pengorbanan dan perjuangan kita untuk mengahadapi segala ujian di dunia ini. Hingga pada akhirnya kita kan memanen dari setiap usaha yang kita lakukan di kemudaian hari.

Jadi, kita mungkin ndak perlu cemas jika harus berhadapan dengan dosen dan penguji superkilleryang paling terkenal karena pelit berbagi nilai “A”. Toh, mereka manusia juga. Mereka tak akan menggigit dan memakan kita. Dan selama mereka masih makan nasi dan minum air, masih ada harapan untuk berbelas nilai baik pada mereka.

Satu hal yang mungkin Allah inginkan dari diri kita. Allah ingin melihat sejauh apa diri kita mau berusaha semaksimal mungkin, Hingga pada akhirnya Allah lah satu-satunya penentu akhir perjuangan ini.

Mas… Mbak…
Tak perlu risau menghadapi dosen killer yang mungkin akan sangar menyerupai singa ketika bertemu dengannya. Namun kita perlu teriakan dalam dada kita “Bukan mereka yang memberi kita nilai”. Kita masih memiliki Allah yang akan berbagi cinta dan kasihnya kepada manusia. “Allahu Akbar!!! Smangaddzzz (^_^)

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al Insaan : 30).
Tetap jaga ikhtiar kita, dan satu hal yang perlu kita pastikan bahwa Allah maha bijaksana. Dia ka nada untuk setiap hamba yang dekat dengan-Nya. Tetap tawakal dalam jalan cinta-Nya. Mari kita gapai takwa dan semangat kuat dalam diri kita tuk tetap optimis menggapai masa depan yang lebih indah.
SMANGADZzzz….

Minggu, 07 Agustus 2011

Kambing dan Alat Tenun


Imam Ahmad telah memberitakan dari Humaid bin Hilal, dia berkata: Ada seorang lelaki yang sering berulang-alik di kampung kami, lalu dia membawa cerita yang aneh-aneh kepada orang-orang kampung. Dia bercerita: Suatu ketika aku datang ke Madinah dalam rombongan dagang, lalu aku menjual semua barang-barang yang aku bawa. Aku berkata kepada diriku: Mengapa aku tidak pergi kepada orang lelaki yang membawa ajaran baru itu, barangkali aku dapat mendengar berita-berita yang aneh untuk aku bawa kembali bersamaku?! Aku pun pergi kepada Rasulullah SAW untuk bertanya sesuatu, lalu Beliau menunjuki arah sebuah rumah, katanya: Ada seorang wanita yang tinggal di rumah itu . Pernah dia mengikut tentera Islam berjihad, dan ditinggalkannya 12 ekor kambingnya dan sebuah alat tenunan yang digunakannya untuk menenun pakaian. Apabila dia kembali dari berjihad, didapati kambingnya hilang seekor, dan alat tenunannya pun hilang. Dia merasa sedih atas kehilangannya itu. Maka dia pun mengangkat kedua belah tangan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh kesungguhan, katanya:

"Ya Tuhanku! Engkau telah berikan jaminan bahwa siapa yang keluar berjihad pada jalanmu, Engkau akan pelihara harta bendanya, dan sekarang aku telah kehilangan seekor kambing, dan alat tenunanku. jadi aku minta ganti kambing yang hilang dan alat tenunanku itu!"

Rasulullah SAW terus menceritakan betapa sungguh-sungguhnya dia berdoa dan memohon kepada Tuhannya, sehingga pada esok harinya dia mendapati di pintu rumahnya kambingnya yang hilang itu dengan seekor kambing lagi bersamanya. Begitu juga dia melihat alat tenunannya ada di situ dengan satu alat tenun yang lain. Itulah ceritanya, kata Rasulullah SAW dan jika engkau mau, pergilah kepadanya di rumah itu, dan tanyalah dia cerita itu! "Tidak", jawabku, "akan tetapi aku percaya semua yang engkau katakan itu!"
(Majma'uz-Zawaid 5:277)

Rabu, 03 Agustus 2011

LIMA BELAS BUKTI KEIMANAN


Al-Hakim meriwayatkan Alqamah bin Haris r.a berkata, aku datang kepada Rasulullah s.a.w dengan tujuh orang dari kaumku. Kemudian setelah kami beri salam dan beliau tertarik sehingga beliau bertanya, "Siapakah kamu ini ?"
Jawab kami, "Kami adalah orang beriman." Kemudian baginda bertanya, "Setiap perkataan ada buktinya, apakah bukti keimanan kamu ?" Jawab kami, "Buktinya ada lima belas perkara. Lima perkara yang engkau perintahkan kepada kami, lima perkara yang diperintahkan oleh utusanmu kepada kami dan lima perkara yang kami terbiasakan sejak zaman jahiliyyah ?"

Tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang aku perintahkan kepada kamu itu ?"
Jawab mereka, "Kamu telah perintahkan kami untuk beriman kepada Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, percaya kepada takdir Allah yang baik mahupun yang buruk."
Selanjutnya tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang diperintahkan oleh para utusanku itu ?"
Jawab mereka, "Kami diperintahkan oleh para utusanmu untuk bersaksi bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah, hendaknya kami mendirikan solat wajib, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan berhaji bila mampu."

Tanya Nabi s.a.w selanjutnya, "Apakah lima perkara yang kamu masih terbiasakan sejak zaman jahiliyyah ?" Jawab mereka, "Bersyukur di waktu senang, bersabar di waktu kesusahan, berani di waktu perang, redha pada waktu kena ujian dan tidak merasa gembira dengan sesuatu musibah yang menimpa pada musuh." Mendengar ucapan mereka yang amat menarik ini, maka Nabi s.a.w berkata, "Sungguh kamu ini termasuk di dalam kaum yang amat pandai sekali dalam agama mahupun dalam tatacara berbicara, hampir sahaja kamu ini serupa dengan para Nabi dengan segala macam yang kamu katakan tadi."

Kemudian Nabi s.a.w selanjutnya, "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada lima perkara amalan yang akan menyempurnakan dari yang kamu punyai ? Janganlah kamu mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kamu makan. Janganlah kamu mendirikan rumah yang tidak akan kamu tempati, janganlah kamu berlumba-lumba dalam sesuatu yang bakal kamu tinggalkan,, berusahalah untuk mencari bekal ke dalam akhirat."

Bukan Surat Kaleng (Senandung Hati untuk Sahabatku)



Temanggung, 31 Juli 2011

Assalamu'alaikum wr wb

Sahabatku...
Apa kabarmu hari ini? Semoga Allah seantiasa memberimu kesehatan dan keridhoan dalam setiap langkahmu mengarungi jalan takdir-Nya. Semoga senyum kan selalu mewarnai hari - harimu dengan penuh kesyukuran akan nikmat Sang Maha Cinta.
Meskipun genggam erat tangan dan keteduhan tatapanmu tak kurasakan langsung menemani langkahku. Namun, kurasakan semangat dan kehadiranmu selalu ada dalam jiwaku. Membuat ketegaran dalam menapaki keteguhan dunia ini. Hingga kini ku siapkan satu ruang dalam hatiku untuk keberadaanmu sahabat...

Sahabtaku...
Aku tak pernah meminta untuk bisa mengenal dirimu. Dan aku tak pernah menyangka bisa berteman dengan dirmu. Namun, setidaknya Allah telah menghadrirkan sosokmu tuk bisa menemani ketegaranku. Bak pelangi yang hadir di tengah - tengah rintik hujan turun. Memberikan keindahan dalam kehampaan ceritaku ini. Sebagai sebuah jalan takdir tuk bisa mengenal sosokmu sahabatku...

Sahabatku...
Maafkan jika kadang ku mengeluh dan membuatmu tak habis pikir dengan cerita - cerita kemanjaanku. Terkadang keegoisan dan keteguhanku membuatmu tak mudah memahami sikap dan sifatku. Sering kali canda dan keisenganku membuatmu membuatmu kesal akan ulahku. Namun, yang kupahami karena kau telah menjadi salah satu bagian dalam kehidupanku. Bagaikan sang bintang yang selau memeberikan keindahan setiap langit malam yang hampa...

Sahabatku...
Terima kasih untuk setiap senyum yang kau hadirkan dalam bibirmu. Untuk semangat yang kau bagikan tuk kembali memompa ketegaranku. Bagaikan lilin - lilin kecil yang siap berbagi cahayanya. Terima kasih untuk kesetiaan dan kepercayaan yang kau hadirkan untuk menemani ikatan ukhuwah persaudaraan ini. Bak mentari yang selalu menghangatkan pagi - pagiku dengan cahayanya.

Sahabatku...
Setidaknya aku masih punya mimpi dan harapan untuk bisa membalas setiap senyum yang kau hadirkan dalam hidupku. Satu senyum yang kau hadirkan dalam jiwaku kan kubalas dengan berjuta tawa dalam hatimu. Aku masih punya mimpi sebagai sebuah ungkapan hati akan kebaikan dan keindahan persahabatan kita. Aku hanya bisa berharap pinta dan doa pada Sang Maha Cinta, semoga Dia berkenan memberiku satu kesempatan untuk membalas kebaikanmu sahabatku. Amiien...

Sepenggal surat ini mungkin belum mampu menjaga ukhuwah persahabatan kita. Namun setidaknya sepenggal "bukan surat kaleng" ini kan menjadi saksi senandung hati untuk setiap langkahmu yang menemani hari - hariku. Hingga nanti akan ada senyum yang indah pada waktunya. Karena yang kuyakini Allah kan selalu membersamai setiap niat baik kita.

Tetaplah tegar sahabatku. Esok masih banyak rintangan dan tantangan di depan yang kan menanti langkah kita. Setidaknya teruslah kita jaga ikatan ukhuwah ini. Kita hadapi hambatan dan gangguan sebagai sebuah arti kehidupan akan makna kehadiran sahabat dalam senandung kehidupan ini. Hingga waktu yang kan menunggu mimpi - mimpi kita menjadi nyata.

Teruslah tersenyum dengan semangatmu sahabatku. Hadirkan senyum itu sebagai sebuah rasa terima kasihmu untuk orang - orang yang kau cinta. Sebagai sebuah rasa syukur akan nikmat dan karunia Allah pada setiap langkah kita.

Tetaplah kita jaga ikatan ukhuwah ini... Sebagai sebuah ikatan persahabatan tuk saling mengingatkan dalam jalan cinta-Nya...

Keep Ukhuwah... Keep spirit... Never ending frindship...
SMANGADZZzz...

Wassalamu'alaikum wr wb

ttd

aa.mawardhi


Ada Senyum dalam Semangkok Kolak Pisang


Tributed to my Mom (13 Rajab 1377 H – 6 Ramadhan 1428 H)
Terinspirasi oleh semangkok kolak di 1 ramadhan 1432 H
Temanggung , 01 Agustus 2011

 Sore itu pukul lima lewat tiga puluh lima...
Aku nampak asyik duduk menunggu saat kumandang adzan maghrib tiba...
Ditemani dengan tontonan kultum di depan layar kaca...
Sembari membaca sebuah buku bersampul hijau tua...
Tuk menambah pengetahuan dan ilmu agama...

Menu berbuka sore itu nampaklah sederhana...
Segelas teh manis hangat dengan uap mengepul di udara...
Dan juga tahu cokol yang nampak semakin menggugah selera...
Sebagai penghantar kering pembuka...
Dan slanjutnya...
Nasi putih dan sayur sup nampak tersaji di meja...
Seakan menungguku tuk siap berbuka puasa...

Namun, sejenak kupikirkan ada yang mulai janggal di kepala...
Tak lagi kutemukan semangkok kolak pisang yang selalu tersedia...
Buatan ibuku yang tak pernah alpa...
Kini sudah 4 tahun tak kurasakan manisnya kolak buatannya...
Dengan senyum dan raut gembira di mukanya...
Sembari berkata...
"Minumlah nak sebagai penghangat badanmu"

Hmmm...
Sudahlah kita lupakan sejenak cerita akan semangkok kolak...
Toh semuanya tak bisa mengelak...
Karena ada sepenggal cerita di manisnya kolak...
Mesipun dapat membuatku tersedak...
Jika harus ku ingat kembali cerita akan semangkok kolak...


Mas, Mbak...
Mungkin sepenggal sajak pembuka tadi sebagai sebuah inspirasi spesial akan bulan Ramadhan. Pernahkah kita mengira bahwa kolak pisang mungkin akan lebih sering hadir menemani hari - hari kita di bulan penuh berkah ini. Bayangkan akan kolak pisang yang kita makan di luar bulan Ramadhan. Akan nampak beda kenikmatannya seperti seketika kita mengincipinya di menu buka puasa kita. Itulah sebuah makna spesial dari hadirnya bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah dan hikmah ini.

Bagi ahli puasa... Ada dua kebahagiaan... Saat berbuka... Dan saat Allah menyapa untuk memberikan balasan...

Semangok kolak yang kita nikmati dalam menu buka puasa kita seakan sebagai sebuah jawaban manis. Sebuah pengobat dahaga dari kerongkongan kita yang setengah hari tak merasakan nikmatnya air minum. Begitupun kehidupan, kita bisa belajar kesabaran dari semangkok kolak pisang ini. Jika kita mau bersabar menunggu diri kita untuk  tetap tegar dalam menjalani kehidupan ini. Meskipun terasa pahit dan pedih namun akan terasa manis di ujung jawaban kita. Bak seorang musafir kehausan yang menemukan mata air pengobat dahaganya. Hidup yang penuh dengan berbagai macam problematika ini mengajarkan kita untuk tetap sabar dan ikhlas dalam menghadapinya. Karena di balik kesabaran kita ini akan kita temukan manisnya jalan kemenangan. Hanya perlu rasa tawakal untuk menanti waktu indah dari balasan rasa sabar kita. 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Q.S Al Baqarah : 153


Mas Mbak...
Selain hikmah tadi, dapat kita temui juga akan ada cerita lain di balik semangkok kolak pisang. Seperti halnya ketika kita dapat mencampur pisang dengan komposisi bahan lain seperti kolang - kaling maupun labu (waluh). Akan ada variasi rasa yang berbeda ketika kita mencoba mencipicipi beraneka ragam kolak tersebut. Begitupula ketika kita mencoba menyikapi hikmah dari satu peristiwa. Akan ada himha laen yang tersembunyi dari cara pandang berbeda yang kita lakukan.


Bulan Ramadhan juga dapat menjadi bulan keluarga. Di bulan Ramadhan ini, setiap keluarga akan lebih banyak menyiapkan porsi untuk berkumpul dengan keluarga, mulai dari sahur bersama, sholat tarawih berjama'ah, maupun buka bareng. Semua aktivitas akan lebih banyak dilakukan secara berbarengan dengan anggota keluarga lainnya. 

Begitu pentingnya kehidupan keluarga sebagai modal awal untuk memberntuk pribadi anak. Keluarga sebagai sebuah pondasi dasar akan munculnya ikatan ukhuwah yang lebih besar. Dari hal dasar inilah peran orang tua akan mampu memahami dan membentuk pola pikir anak. Dan hal kecil ini dapat kita hadirkan hanya dari sekedar menikmati semangkok
kolak pisang secara bersama - sama.

Subhanallah...
Begitu besar hikmah yang dapat kita ambil dari hal - hal kecil di balik semua peristiwa sehari - hari kita. Hanya dari semangkok kolak pisang, dapat kita temui senyum dan cinta - Nya yang luar biasa...