Selasa, 23 Agustus 2011

«Berapapun Jumlah Uang Anda... Anda Tak Kan Pernah Merasa Kaya»


Temanggung, 22 Ramadhan 1432 H
inspired by : Sang mentari pagi yang bersinar


“Jika Anda menjadi orang kaya… Berapakah jumlah uang yang Anda inginkan??”

Sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. Namun, tak begitu mudah untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan singkat itu. Ada beberapa alasan untuk menjabarkan sebuah pertanyaan singkat itu.  Setidaknya karena ada satu jawaban yang mungkin terus membayang – bayangi jawaban lainnya.

Manusia terlahir dengan beragam kebutuhan hidup yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya usianya. Hingga tidak bisa dipungkiri bahwa satu per satu kebutuhan itu akan semakin bertambah hingga waktu kan menghentikan langkah umurnya. Sehingga secara miris bisa dikatakan “manusia akan selalu memerlukan kebutuhan sampai ia benar -  benar meninggalkan dunia ini”.

Sebegitu pentingnya kebutuhan hidup hingga akhirnya membuat dunia seakan – akan menjadi sebuah hal yang utama. Namun masih perlu kita cerna lagi bahwa, kehidupan kita di dunia tak sebatas sebuah langkah untuk hanya sekedar menggapai kebahagiaan dunia semata, tapi ada kehidupan selanjutnya di akherat nanti.

Namun, dari semua kebutuhan tersebut nampak menimbulkan berbagai macam masalah dan problematika yang begitu pelik di dunia ini. Bayangkan saja, hanya karena sekedar mencari kebutuhan dunia, orang bisa berbuat sesuatu hal di luar nalar kelogisan.

Lihatlah para wakil rakyat yang tak kenal agama itu dengan semena – mena memendam uang rakyat di balik kantong pribadinya hanya utuk sekedar memperkaya diri. Pikirkan seorang miskin yang terpaksa harus memaksa sekantong ubi jalar tetangga hanya untuk sekedar memenuhi kekenyangan keluarganya. Ataupun bahkan sampai seorang anak jalanan yang harus memutuskan mimpinya karena terbatasi angan oleh kemampuan finansialnya. Sebuah kenyataan yang begitu erat menyelingkupi kehidupan kita sehari – hari.

“Sesungguhnya kebahagiaan itu tidak nampak dari kekayaan, kekuasaan, ataupun tahta… tapi semata karena rasa syukur kita atas nikmat yang Allah berikan… (aam-2011)

Mas… Mbak…

Kehidupan di dunia ini bagaikan sebuah langkah bercocok tanam. Panen yang kita tunggu akan kita petik hasilnya esok nanti di yaumul hisab. Perhitungan amalan kita di dunia untuk melihat apakah kita akan diberatkan di timbangan kebaikan ataukah keburukan.

Dunia yang hanyalah sebuah perjalanan sementara inipun kadang justru membuat diri kita lupa jika masih ada kehidupan laen selanjutnya. Sebuah kenyataan yang justru berkebalikan dengan logika kehidupan kita. Meskipun beraneka ragam kenikmatan yang kita rasakan di dunia ini kita peroleh, namun jika kita lupa akan Sang Pemberi Nikmat Kehidupan ini, maka alangkah nihilnya apa yang kita rasakan.

Mungkin manusia terlalu angkuh untuk mengakui bahwa apa yang kita rasakan sejauh ini adalah sebuah kenikmatan luar biasa dari Sang Maha Cinta. Bak sang mentari pagi yang bersinar, jika masih ada kabut tebal menyelimuti, maka cahaya mentari tak kan mampu bersinar indah menerangi bumi. Begitupun kehidupan, Betapa besar karunia yang Allah berikan. Jika masih ada rasa angkuh, maka manusia akan cenderung lupa untuk mengakui nikmat dari-Nya.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(QS.ibrahim [14]:)

So, bukan sebuah hal yang susah ketika kita mau menyadari bahwa kehidupan, kenikmatan, nafas yang kita lalui demi hari adalah anugerah dan nikmat dari Allah, mengucapkan syukur Alhamdulillah dan memanfaatkan kenikmatan ini untuk kembali di jalan cinta-Nya. (syukur di hati, lisan, dan perbuatan)

0 komentar:

Posting Komentar