Rabu, 03 Agustus 2011

Ada Senyum dalam Semangkok Kolak Pisang


Tributed to my Mom (13 Rajab 1377 H – 6 Ramadhan 1428 H)
Terinspirasi oleh semangkok kolak di 1 ramadhan 1432 H
Temanggung , 01 Agustus 2011

 Sore itu pukul lima lewat tiga puluh lima...
Aku nampak asyik duduk menunggu saat kumandang adzan maghrib tiba...
Ditemani dengan tontonan kultum di depan layar kaca...
Sembari membaca sebuah buku bersampul hijau tua...
Tuk menambah pengetahuan dan ilmu agama...

Menu berbuka sore itu nampaklah sederhana...
Segelas teh manis hangat dengan uap mengepul di udara...
Dan juga tahu cokol yang nampak semakin menggugah selera...
Sebagai penghantar kering pembuka...
Dan slanjutnya...
Nasi putih dan sayur sup nampak tersaji di meja...
Seakan menungguku tuk siap berbuka puasa...

Namun, sejenak kupikirkan ada yang mulai janggal di kepala...
Tak lagi kutemukan semangkok kolak pisang yang selalu tersedia...
Buatan ibuku yang tak pernah alpa...
Kini sudah 4 tahun tak kurasakan manisnya kolak buatannya...
Dengan senyum dan raut gembira di mukanya...
Sembari berkata...
"Minumlah nak sebagai penghangat badanmu"

Hmmm...
Sudahlah kita lupakan sejenak cerita akan semangkok kolak...
Toh semuanya tak bisa mengelak...
Karena ada sepenggal cerita di manisnya kolak...
Mesipun dapat membuatku tersedak...
Jika harus ku ingat kembali cerita akan semangkok kolak...


Mas, Mbak...
Mungkin sepenggal sajak pembuka tadi sebagai sebuah inspirasi spesial akan bulan Ramadhan. Pernahkah kita mengira bahwa kolak pisang mungkin akan lebih sering hadir menemani hari - hari kita di bulan penuh berkah ini. Bayangkan akan kolak pisang yang kita makan di luar bulan Ramadhan. Akan nampak beda kenikmatannya seperti seketika kita mengincipinya di menu buka puasa kita. Itulah sebuah makna spesial dari hadirnya bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah dan hikmah ini.

Bagi ahli puasa... Ada dua kebahagiaan... Saat berbuka... Dan saat Allah menyapa untuk memberikan balasan...

Semangok kolak yang kita nikmati dalam menu buka puasa kita seakan sebagai sebuah jawaban manis. Sebuah pengobat dahaga dari kerongkongan kita yang setengah hari tak merasakan nikmatnya air minum. Begitupun kehidupan, kita bisa belajar kesabaran dari semangkok kolak pisang ini. Jika kita mau bersabar menunggu diri kita untuk  tetap tegar dalam menjalani kehidupan ini. Meskipun terasa pahit dan pedih namun akan terasa manis di ujung jawaban kita. Bak seorang musafir kehausan yang menemukan mata air pengobat dahaganya. Hidup yang penuh dengan berbagai macam problematika ini mengajarkan kita untuk tetap sabar dan ikhlas dalam menghadapinya. Karena di balik kesabaran kita ini akan kita temukan manisnya jalan kemenangan. Hanya perlu rasa tawakal untuk menanti waktu indah dari balasan rasa sabar kita. 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Q.S Al Baqarah : 153


Mas Mbak...
Selain hikmah tadi, dapat kita temui juga akan ada cerita lain di balik semangkok kolak pisang. Seperti halnya ketika kita dapat mencampur pisang dengan komposisi bahan lain seperti kolang - kaling maupun labu (waluh). Akan ada variasi rasa yang berbeda ketika kita mencoba mencipicipi beraneka ragam kolak tersebut. Begitupula ketika kita mencoba menyikapi hikmah dari satu peristiwa. Akan ada himha laen yang tersembunyi dari cara pandang berbeda yang kita lakukan.


Bulan Ramadhan juga dapat menjadi bulan keluarga. Di bulan Ramadhan ini, setiap keluarga akan lebih banyak menyiapkan porsi untuk berkumpul dengan keluarga, mulai dari sahur bersama, sholat tarawih berjama'ah, maupun buka bareng. Semua aktivitas akan lebih banyak dilakukan secara berbarengan dengan anggota keluarga lainnya. 

Begitu pentingnya kehidupan keluarga sebagai modal awal untuk memberntuk pribadi anak. Keluarga sebagai sebuah pondasi dasar akan munculnya ikatan ukhuwah yang lebih besar. Dari hal dasar inilah peran orang tua akan mampu memahami dan membentuk pola pikir anak. Dan hal kecil ini dapat kita hadirkan hanya dari sekedar menikmati semangkok
kolak pisang secara bersama - sama.

Subhanallah...
Begitu besar hikmah yang dapat kita ambil dari hal - hal kecil di balik semua peristiwa sehari - hari kita. Hanya dari semangkok kolak pisang, dapat kita temui senyum dan cinta - Nya yang luar biasa...

0 komentar:

Posting Komentar