Minggu, 14 Agustus 2011

Si Imut pun Ingin Bebagi Cinta


Terinspirasi oleh : anak – anak Majid Nurul Iman @ Blimbingsari , SEKIP
Didedikasikan untuk : Bapak, Ibu, calon bapak n calon Ibu
Sumber  inspirasi : Cara Nabi Mendidik Anak ; Ir. Muhammad ibnu Abdul Hafidh Suwaid
Yogyakarta , 14 Agustus 2011/ 14 Ramadhan 1432 H


Lihatlah sang kupu – kupu…
Sebelum ia terbang indah dalam satu kealamian warna bunga…
Ia adalah sang ulat yang menggelantung dari satu pohon ke pohon lainnya…
Hingga sayapnya kan merekah indah di tengah warna – warni bunga…

Lihatlah sang mawar yang merekah warnanya itu…
Sebelum ia menghadirkan kesejukan alaminya…
Ia adalah kuncup yang memerlukan mentari dan embun tuk kembali tumbuh segar…
Hingga warnanya kan semakin merekah indah dalam sebuah keagungan kuasa – Nya…

Begitulah Allah menghadirkan sebuah proses kehidupan. Tak pernah dia menghadirkan indahnya bunga dalam satu hal yang ajaib. Tak pernah dia menciptakan bayi burung yang dengan cepat bisa berterbangan. Semua butuh proses dalam satu kesatuan yang begitu indah jika kita syukuri dan nikmati secara naluri.

“Sepulang dari sholat tarawih. Budi belum juga beranjak meninggalkan masjid, Dia justru mulai maju ke depan dekat sang imam sholat tarawih. Dengan bergegas dia mengantri dengan teman – teman sebaya sekaligus mententeng buku kecil bertuliskan ‘Mentoring Kegiatan Siswa di Bulan Ramadhan’.  Sebuah buku yang mengkaji jadwal kegiatan siswa – siswi sekolah selama bulan Ramadhan ini.”
Hmmm, nampaknya bocah berwajah imut itu sedang mengantri untuk mendapatkan tanda tangan dari pak ustad sebagai bukti telah mengikuti kegiatan tarawih di malam itu. Sungguh hal yang menjadi rutinitas tak pernah ditinggalkan dari bulan Ramadhan. Bulan peningkatan kualitas iman dan takwa. Subhanallah…

Lepas dari dua hal tadi, kita bisa mengambil banyak inspirasi dari bocah imut. Sebuah inspirasi yang sangat manis, semanis ketika kita melihat wajahnya yang nampak polos dan lugu. Sebuah hikmah terdalam yang Allah hadirkan dari sebuah titik awal dari manusia.

“Kehidupan adalah sebuah proses panjang tuk meniti rajutan cinta dalam sebuah kain kanvas. Jika kita goresi dia dengan tinta warna – warni, maka akan muncul gradasi warna yang indah. Namun, sebaliknya jika kita kita goresi dengan warna hitam kelam, kan muncul suasana pekat tak berarti.” (aam-2011)

Mas.. Mbak…
Hidup mengajarkan kita tuk berjuang menggapai target dan mimpi yang kita inginkan. Sebuah proses yang kadang membuat kita tak betah tuk menanti sebuah kado terindah itu. Kita terlalu terburu-buru untuk menanti sebuah mimpi kita menjadi nyata. Hingga alhasil, kita sering ceroboh tuk memilih jalan penentuan.

Terkadang kita disudutkan dalam sebuah proses panjang yang melatih kesabaran. Sebuah proses yang menuntut kita untuk menikmati satu persatu cerita yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita. Memang bukan hal yang mudah untuk melatih kesabaran itu. Namun setidaknya satu hal yang kita yakinkan dan tekadkan kuat dalam diri kita. Allah pasti kan memberikan kado terindah dalam setiap niat baik kita. Allah kan membalas setiap niatan baik kita. InsyaAllah semua kan INDAH PADA WAKTUNYA. Bagaikan keindahan sang mawar yang mulau merekah. Ataupun sang burung yang mulai terbang tinggi menggelegar awan.


Mas… Mbak…
Bolah percaya atau tidak jika kita lihat wajah anak kecil akan tercipta satu perasaan damai dan tenang ketika menatap sikap dan tingkah lakunya.

Rasulullah saw, bersabda
“Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani.”

Ataupun tertuang pula dalam firman Allah swt.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S Ar Rum:30)

Secara umum manusia tercipta dalam sebuah kesucian jiwa. Mereka mempunyai hak dan kemampuan yangh sama secara naluriah. Hanya saja lingungannyalah yang akan membentuk pola pikir. Lingkungan keluarga khususnya yang mempunyai peran penting untuk membentuk karakter dan tingkah laku anak. Keluarga dan lingkungan lah yang mempunyai peran menjadikan sepertia apa sang bocah imut di masa depannya. Selepas dari semua itu, manusia hanya bisa berusaha hingga sang penentu akhir adalah Allah SWT.


Mas… Mbak…
Oleh karena itulah, menjadi peran dari diri kita untuk mulai memikirkan akan nasib penerus kita di masa depan. Sebuah harapan dan optimis tinggi tentang masa depan generasi mendatang kita. Pada tangan kitalah semua kan dimulai tuk menggapai generasi islam yang lebih bermartabat dan mempunyai nilai karakter kuat sesuai dengan pondasi dasai islam. InsyaAllah jika Allah meridhoi niat baik kita.

Sebuah syair penutup akan mencoba menghadirkan karya dari Abul ‘Ala yang menyatakan dalam bait – baitnya:

“Para pemuda itu tumbuh menjadi dewasa
Tergantung bagaimana orang tuanya membiasakan mereka
Pemuda tidak dapat ditaklukan oleh akal semata
Melainkan oleh pembiasaan beragama dari orang – orang terdekatnya.”

0 komentar:

Posting Komentar