Senin, 29 Agustus 2011

Bukan Minal Aidin Wal Faidzin

Assalamu’alaikum wr wb

Semoga bermanfaat! sebuah artikel yang insya Allah meluruskan kekeliruan tentang kebiasaan berjuta muslim di Indonesia tentang ucapan di hari raya Idul Fitri.

B U K A N Minal Aidin Wal Faidzin;

Oleh Nuruddin Al-Indunisy

Sebelum membahas kata Minal Aidin Wal Faidzin, mari kita perhatikan dalil-dalil terkait yg membahas tentang ucapan ini:

“Ucapan pada hari raya dimana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Ied : Taqabballaahu minna wa minkum “Artinya : Semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Majmu Al-Fatawa 24/253]
Jubair bin Nufair:
“Para sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabballallaahu minna wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”.

Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad nya Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata:
“Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallaahu’alaihi wa salam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallaahu minnaa wa minka”
(Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
IMAM AHMAD menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus. Beliau menambahkan :
“Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallaahu a’lam.”
[Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi:(1/81) : Isnadnya Hasan]

Nah, sahabat. lalu kenapa Minal Aidin Wal Faidzin?
Dikalangan masyarakat dan media Televisi berjuta-juta muslim di Indonesia sering mendengar kata ini digandengkan dengan kata ‘Mohon ma’af lahir batin’ sehingga kurang lebih begini :

“MINAL AIDIN WAL FAIDZIN - MOHON MA’AF LAHIR DAN BATIN”,
Seakan-akan (mungkin yang mengucapkan) menganggap bahwa Minal Aidin Wal Faidzin ini berarti Mohon Ma’af Lahir dan Batin.. Benarkah begitu? Coba perhatikan dan analisa sendiri jika dua frase itu diartikan secara menyeluruh dalam bahasa Indonesia yang benar:

“TERMASUK DARI ORANG ORANG YANG KEMBALI SEBAGAI ORANG YANG MENANG-Mohon ma’af lahir dan Batin”.
Sepertinya rada ngawur (maaf), karena jika demikian artinya tidak jelas. Do’a bukan (karena tidak lengkap).. dan salam juga bukan :) karena lucu saat kita artikan dari bahasa aslinya. Adapun menurut hemat saya, ya sah-sah saja selama kita tidak tahu dan itu sebatas ikut-ikutan dan SERTA tidak meniatkan bahwa Mohon ma’af lahir dan batin itu arti dari Minal Aidin Wal Faidzin

Coba lihat penerjemahan makna frase Minal Aidin Wal Faidzin dalam bahasa Arab berikut:
Min, Artinya “termasuk”.
Al-aidin, Artinya “orang-orang yang kembali”
Wa, Artinya “dan”
Al-Faidzin, Artinya “menang”.

Jadi makna “Minal Aidin Wal Faidzin” jika dipaksakan diterjemahkan kedalam kai’dah tatabahasa Arab-Indonesia yang benar adalah “Termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”.

Artinya mengambang bukan?
S O L U S I
Mari perhatikan; dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad SAW) adalah “Taqabbalallahu minna waminkum”, Kemudian menurut riwayat ucapan nabi ini ditambahkan oleh orang-orang dekat jaman Nabi dengan kata-kata “Shiyamana wa Shiyamakum”, yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi
“Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum” (Semoga Allah menerima amalan puasa saya dan kamu).
Dari riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan yang benar adalah dari “Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”. tidak satupun menyatakan ada istilah Minal Aidin wal Faidzin. Atau Tanpa minal Aidin wal faidzin.

Jadi mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rasulullah/Ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, tapi kalau niatnya hanya ingin mendo’akan sesama Saudara seiman”, Insya Allah, tidak salah dan bahkan hal yang baik.
Adapun jika ingin menambahkan bisa saja ditambahkan diakhir kalimat, agar secara harfiyah aja serasi:
“Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum . Ja’alanallaahu Minal Aidin wal Faidzin”

Artinya, “Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.”

Ja’alanallaahu : Berarti “Semoga Allah menjadikan kita”.. sebagai tambahan untuk melengkapi, Minal Aidin wal Faidzin yang mengambang tadi..
Sekedar tambahan, bagaimana jika kita ingin mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” dalam bahasa Arab benar?
Salah satunya adalah “As-alukal afwan zahiran wa bathinan”.
Atau “Kullu aam wa antum bikhair”. yang berarti semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik”,

dan, sekali lagi bukan Minal Aidin wal Faidzin… karena kata ini bukan berarti kalimat permintaan Maaf. Mungkin hanya sebuah do’a yang tidak utuh.

Demikian, Mohon koreksinya !

“Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja’anallaahu minal aidin wal faidzin”
“Semoga Allah menerima amal-amal kita, Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang kembali dari perjuangan Ramadhan sebagai orang yang menang.”

Dan mari kita memohon, kepada Dzat Allah Aza wajala; Semoga kita dianugerahi untuk menikmati Ramadhan Tahun Tahun Berikutnya dengan Rizki dan Kebarokahannya,
Amiin
Semoga bermanfaat
wassalam….^_^

http://agama.kompasiana.com/2010/09/09/b-u-k-a-n-minal-aidin-wal-faidzin/

0 komentar:

Posting Komentar