Jumat, 29 Juli 2011

Banyak Jalan Menuju Roma… Satu Cinta Mendekap Ridho-Nya…


Ambilah hikmah dari secuil peristiwa yang kau lewati

Terinspirasi oleh : sang pendaki gunung dan penyelam lautan
Yogyakarta, 29 Juli 2011

Pikirkan diri kita adalah seorang pendaki tebing…
Berjuang tuk meraih bebatuan runcing…
Meskipun kita hanya bisa berpegangan pada akar – akar kering…
Namun, jika kita masih tidak berpikiran miring…
Kan kita pijakkan kaki di puncak terpenting…
Dengan pemandangan indah pengobat kepala pening…

Bayangkan diri kita adalah seorang penyelam lautan…
Dinginnya air dan asinnya rasa jadi hambatan…
Meskipun kita hanya berbekal nyali tertanam…
Namun, jika kita mampu bertahan…
Kehidupan bawah lautan dengan berjuta keindahan…
Kan menjadi satu panorama wujud kebesaran dan keagungan…


Mas, Mbak…
Hidup adalah sebuah perjalanan singkat yang kita lalui dari berbagai macam segi kehidupan yang penuh dengan misteri. Hingga terkadang kita menjadi lupa jika kita hidup dalam sebuah perjalan penuh misi untuk tetap melangkahkan dalam dekapan cinta-Nya.

Sejenak kita mulai tersadarkan diri, bahwa kehidupan ini adalah sebuah proses perjalanan. Bagaikan sebuah roda yang mengalir, kadang hidup terasa mudah dilalui. Namun, tak jarang juga kesulitan dan penderitaan membuat mulut kita mengeluh “aduh”. Sebuah hal yang wajar dalam proses pencarian kehidupan yang terus berlangsung selama kehidupan ini.  Hingga terkadang, proses yang berlangsung secara alamiah ini justru sering terasa menjadi hal yang biasa, tanpa kita maknai sebagai sebuah jalan untuk semakin mendekatkan diri kita pada Allah SWT.


Hidup bukanlah sebuah perjalanan yang mudah tuk dilalui…
Terkadang jalan-Nya yang berliku membuat kita tak kuasa tuk bertahan…
Dan…
Seringkali kita mulai lelah belajar akan rasa SYUKUR…
Namun…
Disitulah kita mulai mengenal arti KEIKHLASAN…

Mas Mbak…
Roda perputaran hidup kan terus berputar hingga nafas berpisah dari tenggorokan ini. Dan otak tak kan dapat lagi memikirkan tentang jiwa dan raganya. Semuanya mengalir dalam sebuah proses yang telah diatur begitu seimbang oleh Sang Maha Cinta. Bukankah kita hanya perlu menikmati dan mensyukuri setiap hembusan nafas yang masih mampu keluar masuk dari hidung kita. Tanpa perlu sebuah pengorbanan sepeser uang pun. Sungguh Allah Maha Pemurah…
Namun, terrkadang sifat ketidaksabaran kita akan proses perjuangan ini membuat diri kita kadang terlalu lembek untuk berjuang. Kadang kita terlalu mudah mengeluh kepada makhluk sesame kita. Hanya karena kita merasa apa yang kita inginkan tak cepat- cepat terlaksana. Kita terlalu egois untuk memahami setiap proses perjalanan ini.

Bayangkan saja diri kita sebagai seorang pendaki tebing. Beratnya liku jalanan yang terjal dan licin harus ia lalui sepanjang jalan. Beratnya tubuh di tambah barang bawaan terkadang semakin mempersulit perjuangannya. Namun, apa yang ia rasakan ketika kita sudah mampu melewati semua tahapan proses tersebut. Akan kita temukan sebuah pemandangan luar biasa di atas puncak yang begitu menggetarkan jiwa. Hingga terasa dunia menjadi begitu sempit dari pandangan mata kita.

Contoh lain ketika kita hadirkan diri kita sebagai seorang penyelam. Dinginnya air laut dan asinnya kadar garam seakan membuat tembok penghalang yang begitu tebal dari diri kita. Seakan menghalangi langkah kita untuk mencoba mau menikmati keindahan dasar laut. Namun, ketika kita mampu mennyelami proses ini, kan kita temukan sebuah keindahan dasar laut yang nyata. Seakan sebuah pemandangan dunia yang tersembunyi di bawah permukaan laut. Alami tanpa terjamah oleh kehidupan manusia.

Mas Mbak…
Proses inilah yang kadang membuat kita tak mau menunggu, Sering kita hanya menginginkan hal – hal yang instant. Dan haslinya, ya instant pula lah, Cuma sekali srutup, hilanglah semua kebahagiaan itu.

Bukankah kita masih ingat janji Allah. Dia tak kan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tak merubah nasibnya sendiri.


Hmmm… satu hal yang Allah inginkan dari kita. Kita perbuatlah semaksimal mungkin dari usaha yang kita lakukan. Setidaknya Allah pengin tau seberapa besar niat kita untuk menuju titik kemenangan kita. Sebuah usaha yang memang tak mudah untuk kita lalui. Namun, setidaknya Allah tak kan pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Terkadang kita pernah memikirkan. Kanapa diantara ribuan dan jutaan manusia di dunia ini, Kenapa kita yang ditakdirkan untuk menerima cobaan seperti ini. Tak perlu kita risaukan, setidaknya kita hanya perlu untuk kembali memikirkan hal yang positif. Setidaknya karena Allah masih sayang pada diri kita. Dia ingin mengangkat derajat kita melalui ujian ini. Dia ingin melihat seberapa pantaskah diri kita akan ujian yang ia berikan.

Kita hanya perlu ingat sebuah kepastian yang tertuang dalam surat Asy Syarh:
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586],  Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S Asy Syarh 6-8)

[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.

0 komentar:

Posting Komentar