Kamis, 03 November 2011

Alhamdulillah Ya… Sesuatu


Ibadah kecil yang kadang lupa kita lakukan adalah bersyukur



Terinspirasi oleh:  sang mentari pagi yang menghangatkanku
Temanggung, 03 November 2011

Mr. X bertemu dengan sahabatnya mr. Y di mushola teknik itu. Karena mereka sudah lama tak  pernah bertemu, akhirnya dua sahabat itu pun saling mengumbar obrolan kerinduan mereka. Berikut sepenggal pembicaraan awal mereka.
x : Assalamu’alaykum bro…
y : Wa’alyakumsalam mas bro…
x : Piye kabare?? Wis suwe gak kethok… 
       (Apa kabar?? Udah lama ndak keliatan)
y : Alhamdulillah sehat… Piye awakmu? 
      (Alhamdulillah sehat, Gimana denganmu?)
x : Alhamdulillah… Eh piye saiki sibuk apa?
     (Eh sekarang sibuk apa nih?)

Nampaknya ndak ada yang aneh dengan pembicaraan tersebut. Namun, sejenak ketika kita perhatikan ada satu hal yang lebih menonjol yaitu tentang kata “Alhamdulillah”. Secara kosakata, Alhamdulillah berasal dari kata Al-Hamdulillah (الحمد لله) yang berarti "Pujian itu hanya untuk Allah", merupakan ungkapan atas rasa terima kasih seorang muslim atas karunia Allah. (Wikipedia).

Dan secara khusus dapat kita maknai sebagai sebuah ucapan syukur kita pada Allah atas karunia yang telah Allah berikan kepada kita.

Ooops, namun terkadang ada hal yang membuat kita lupa sejenak. Bayangkan saja ketika ada sahabat atau teman kita yang menanyakan kabar ke diri kita. Dan dengan simple kita bisa menjawab “Alhamdulillah baek”. Hmmm… terasa begitu mudah dan hambar untuk kita ucapkan. Sehingga kadang rasa syukur kita itu pula hanya terasa sangat hambar.

Lihatlah sang mentari pagi yang bersinar itu…
Meskipun mentarinya yang terik telah menyinari bumi…
Namun, kabutnya yang tebal terasa telah menutupi pancarannya…
Meskpun anugerah yang Allah berikan begitu banyak berlimpah…
Namun, kadang hati kita lupa untuk berucap syukur…
Alhamdulillah…

Yupz, memang terasa  sangat hambar ketika kita mengucapkan kata “Alhamdulillah” tanpa sebuah rasa yang kita keluarkan dari hati. Hanya sebuah kalimat kebiasaan yang kita alirkan begitu saja dari mulut kita. Tanpa ada sebuah pemaknaan katanya. Dan akhirnya bisa jadi kita seperti orang mabuk yang hanya sekedar melakukan aktifitas tanpa ada pemikiran dalam otaknya. Naudzubillah Mindzalik…

Nah, sejenak mungkin kita perlu mencoba hal lain ketika mengucapkannya. Sejenak sebelum kita mengucapkan kata tersebut. Kita tenangkan diri sejenak, kita rasakan anugerah dan nikmat yang telah Allah berikan selama ini. Dan kita tarik nafas kita dalam – dalam. Hingga akhirnya kita keluarkan sebuah kalimat yang pendek tapi sarat arti ini. Alhamdulillah…

Rasakan sejenak udara yang selalu gratis terbagi untukmu…
Mengalir mudah dari lingkungan sekitar…
Masuk ke dalam hidung dan tenggorokan…
Hingga masuk ke dalam selaput paru – paru…
Terasa akan semakin nikmat ketika kita rasakan artinya…
Bahwa semua yang kau rasakan adalah anugerah luar biasa…
Dari Sang Maha Cinta… 

Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)


Sobat…
Sejenak kita rasakan nikmat dan karunia yang Allah berikan masih begitu banyak dibandingkan masalah – masalah yang berdatangan. Di sinilah kita mungkin sedang di ajarkan sebuah hikmah untuk tetap mensyukuri sekecil apapun nikmat yang telah Allah berikan pada kita. Hingga akhirnya kita dapat mensyukuri nikmat ini dari hati, kata, dan sikap kita sehari – hari.

NB: afwan… tidak bermaksud untuk menggurui atau mengajari. Tapi inilah harapan dan keinginan dalam hati agar kita selalu berada di jalan cinta – Nya. Maaf jika ada kekungan n kekhilafan dalam penulisan, kelebihan n kebenaran hanya milik Allah semata.  Saling berbagi inpirasi, saling mengingatkan. Semoga bermanfaat nggih. SMANGADZ. ^^V


0 komentar:

Posting Komentar