Senin, 18 Oktober 2010

«Doa untuk Ibu» Track one

Namaku Suparni. Namun, orang-orang pasar lebih suka memanggilku dengan sebutan Mbok Ni’. Pekerjaanku sebagai kuli panggul memang tak sepadan dengan usia dan statusku. Namun, semua ini harus tetap kulakukan untuk menghidupi kedua anakku. Hanya pekerjaan inilah yang masih mampu memberiku kesempatan untuk mengais rejeki. Mencari sesuap nasi pengganjal perut di tengah himpitan kerasnya kehidupan kota Yogyakarta.
Usiaku yang telah menginjak kepala empat tak menyurutkan langkah dan semangatku untuk bisa menghidupi dan menyambung nafas kedua anakku. Anak pertamaku berusia 7 tahun. Seharusnya jika dia sempat mengenyam duduk di bangku sekolah, barangkali seragam merah putih telah ia kenakan. Namun, kemiskinan dan kemelaratan mengharuskannya berhenti dari bangku sekolah. Dan kini kehidupan jalanan yang keras harus rela dia terima dalam kenyataan hidup ini.
Aku bukanlah seorang pejuang tunggal. Lima tahun yang lalu, suamiku lah yang senantiasa memberikan motivasi terhebat untuk menerima seluruh takdir dan kuasa-Nya. Namun, dia harus kembali di dekapan Sang Ilahi karena musibah banjir. Semenjak itu, kehidupanku terasa semakin mencekam. Tak ada lagi orang yang mampu ku andalkan. Dan kini aku harus belajar untuk tetap tegar menyalakan lentera kehidupan bagi keluarga kecilku.
Setiap hari aku harus bergelut dengan para kuli panggul lainnya. Dari sebagian yang ada, hamper semuanya adalah seorang pria. Dan hanya akulah yang perempuan. Namun, semua ini tak menyurutkan langkah dan tenagaku untuk tetap memanggul barang dagangan pembeli ke mobil mereka. Justru karena kehidupan yang keras inilah, telah menerpaku menjadi seorang wanita yang pantang menyerah dengan keadaan.
Satu-satunya semangat yang selalu menyala dalam hatiku adalah kedua anakku. Mereka lah yang selalu menghiburku di saat air mataku mulai deras mengalir di kedua pipiku. Bagaikan lilin-lilin kecil yang siap menyalakan oborku yang mulai padam. Dan aku pun sempat menangis dibuatnya tatkala kudengar doa-doa yang dipanjatkan dari mulut mungil mereka. Doa-doa yang selalu dipanjatkannya di setiap habis waktu sholat.
“ Ya Allah… Berikan rizki dan kedamaian rahmat dalam hidup ibuku. Karena tak ada lagi yang mampu kuberikan pada dirinya, kecuali lantunan doa yang senantiasa kupanjatkan pada-Mu di sela-sela waktuku…”

0 komentar:

Posting Komentar