Senin, 17 Januari 2011

« From Tugu to Monas »

sebuah perjalanan menuju kemenangan


Hidup bagaikan sebuah perjalanan panjang…
Meniti sebuah titik menjadi sebuah garis panjang membentang…
Dan ketika kau goreskan penamu…
Kan kau gulirkan sebuah cerita dengan beragam warnanya…
Hingga menjadi sebuah kesatuan coretan yang indah…
Sampai tintanya pudar oleh sang waktu…



Perjalanan di dalam bus sore itu terasa sangat melelahkan. Bus Ramayana F1 jurusan Jogjakarta – Jogja itu mengantarkan tubuhku untuk siap beradu dengan keras dan penatnya kehidupan di ibu kota. Dan sore itu pun akan menghantarkan perjalanan yang cukup melelahkan dari sebuah penantian menuju mimpi yang kusajikan di dalam pikiran dan semangatku.
Hari ini bukan satu dari berbagai perjalanan pentingku. Namun, ini sebuah langkah awal untuk mencapai beribu mimpi yang siap kupersembahkan pada masa depanku. Dan ku lakukan untuk mencoba menghapus beribu cerita masa laluku dan siap menyapa dengan ribuan kisah lain.
Perjalanan di sore itu telah mengantarkan ribuan kisah penuh hikmah yang kadang membuatku terbelalak untuk menerima kenyataan yang telah kualami. Sejenak batinku merasa rapuh untuk siap melangkahkan semangat membaraku. Fisik dan tenagaku terasa sangat peluh untuk mau dan bersedia menerima tantangan masa depaku. Namun sesaat jua cahaya kecil yang mulai larut tak terang itu siap menghatarkan cahaya terangnya.
Kucoba untuk kembali menyala di tengah-tengah cahaya lain yang siap bersinar dengan terang. Menyisakan sebuah bara api yang terang dengan segala kelemahannya. Mungkin hatiku terasa kaku untuk siap bersaing dengan segala macam persoalan yang begitu pelik. Berbagai macam masalah yang masih melekat dan mungkin akan siap menghandang jalan terjalku.
Namun, kurasa Allah masih begitu baik pada hamba-Nya. Dia tak kan pernah membiarkan hamba-Nya terdiam menangis tanpa ada setitik asa yang menyertai setiap langkah. Dan begitulah yang kurasa pada perjalanan panjangku.






Seakan Allah masih memberikan semangat di sore itu untuk langkahku kembali menerjang awan, menembus badai, melewati setiap karang terjal di depan mata. Dia hadirkan kembali sebuah cinta yang siap menemani langkah semangatku. Dia hadirkan kembali satu cinta sebagai pelangkap ketidaksempurnaanku. Dia hadirkan kembali satu cinta untuk menyertaiku menapaki jalan terjal-Nya.
Walau ku tahu fisikku tak sekuat superhero, pikiranku tak secerdas professor, dan berbagai macam cinta yang mulai meninggalkanku dari setiap hingar binger yang ada. Namun, setidaknya aku punya Allah. Sosok yang siap menemaniku di setiap langkah yang kubutuhkan, Dan siap menghadirkan sebuah cinta dalam jalan keimananan-Nya.
            Dan pemandangan di sore itu telah menghantarkan langkahku untuk siap beradu dengan berbagai macam permasalahan yang ada menerjangku.



Yang kutahu…
Kapalku tak sekuat karang terjal…
Yang kutahu…
Kapalku tak semegah langit di angkasa…
Dan yang kutahu…
Kapalku tak sebesar ombak dilautan…
Namun..
Satu yang kupasti…
Aku punya Allah..
Kan kulabuhkan kapalku di pelabuhanku kemenanganku…
Tuk menemani satu cinta di atas jalan takdir-Nya..

0 komentar:

Posting Komentar